Bagian Empat | Permintaan

531 60 3
                                    

Seperti kata Athira kemarin bahwa hari ini –Sabtu pagi, gadis itu akan berkunjung ke rumah Anka. Athira sudah berada di sini, di rumah Anka dengan memakai kaus putih pendek dan celana kain berwarna abu-abu. Dia kelihatan cantik meskipun tidak memakai polesan apapun di wajah nya, hanya polesan lip tint supaya bibir nya tidak kelihatan pucat.

"Udah ya, mama mau berangkat ke Rumah Sakit. Nanti pulang nya tunggu mama jemput, oke?"

Athira mengangguk menanggapi ucapan ibu nya. Kemudian Cahya mengecup dahi anak perempuannya sebelum akhirnya pamit kepada Nada –Ibu Anka. Jelas saja Nada suka dengan kehadiran anak sahabatnya itu.

Sejak tragedi 3 bulan yang lalu, Anka selalu menutup diri dari teman-temannya. Bahkan Anka pernah mengamuk hanya karena ada temannya yang menjenguk. Itulah sebabnya Nada memilih resign dari pekerjaan nya sebagai pegawai kantoran dan memilih untuk menjaga putra bungsu nya.

Nada memiliki dua anak, anak nya yang pertama adalah laki-laki juga dan sekarang sedang melanjutkan studi nya di Jerman. Sementara suami nya adalah Direktur perusahaan manufaktur yang menyebabkan dia jarang sekali punya waktu di rumah.

"Athira udah sarapan? Kalo belum, ayo sarapan bareng tante," tawar Nada dengan ramahnya setelah mengantar Cahya keluar rumah.

"Udah tante, tadi mama masak udang kecap manis."

Nada ber-oh panjang kemudian berjalan mendekati meja makan lalu kembali lagi menghampiri Athira. Wanita itu kemudian memberikan nampan berisi roti isi dan juga susu.

"Anterin ke atas sana, temuin Anka. Dia belum sarapan," ucap Nada seraya tersenyum. Wanita yang dengan seumuran ibu nya, hanya saja wajah nya sedikit kelihatan lebih tua.

Athira tersenyum lalu mengangguk patuh. Gadis itu mengikuti ucapan Nada untuk menemui Anka di kamar nya. Dia mulai menaiki tangga dan menghampiri sebuah pintu yang tertulis sesuatu.

KAMAR ANKA GANTENG

Athira menyemburkan tawa nya singkat setelah membaca tulisan itu. Anka ternyata pria yang narsis.

Kagum nya tak sampai situ saja, dia melihat beberapa gambar yang tertempel di pintu. Gambar lelaki yang lebih mirip karakter komik action tertempel di sebelah tulisan tersebut. Dia menyentuh gambar tersebut dengan satu tangan nya, itu hanya gambar yang di buat dengan arsiran pensil.

Apa Anka yang membuat gambar tersebut?

Athira menggeleng-geleng sendiri kemudian mengetuk pintu tersebut. Beberapa kali sampai Anka menyuruh nya untuk masuk sendiri.

"Hai ... ini aku, Athira," ucap gadis itu seraya mendekati pria yang tengah duduk di pinggiran kasur nya.

Anka mengangguk juga tersenyum ramah, "sama siapa ke sini nya?"

"Sama Mama tadi. Oiya, kamu sarapan dulu. Ini ada roti isi sama susu." Athira kemudian duduk di sebelah Anka lalu memberikan roti isi terlebih dahulu kepada Anka.

Pria itu langsung memakan nya dengan lahap, membuat Athira senyum-senyum sendiri melihat cara makan Anka yang terbilang imut. Beruntungnya dia bisa melihat pria itu dengan puas tanpa harus takut ketahuan.

Athira kemudian memberikan segelas susu setelah Anka menghabiskan roti isi nya. Mata nya kemudian memandangi seluruh sisi kamar Anka. Kekagumannya ternyata belum bisa selesai sampai depan pintu tadi. Kamar Anka memang kelihatan acak-acakan, namun satu hal yang membuat Athira kagum, kertas-kertas yang tertempel di dinding adalah gambar sketsa komik yang Athira sendiri tidak tahu.

"Kamu suka gambar?" tanya Athira dengan mata yang masih menyisir sekita ruangan.

"Iya."

"Aku boleh liat-liat gambaran kamu?"

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang