When We Are Young |7| |Concern|

10.6K 838 17
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

"Aku semakin tidak percaya kalau kamu belum pernah berpacaran, Al."

Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut Cla, begitu Cla bisa menguasai dirinya. Ia mengatakan itu dengan polos, sambil menatap Aldrich lekat.

Aldrich tergelak.

"Emang lucu?" gerutu Cla sambil mengerucutkan bibirnya.

Tawa Aldrich mereda. Ia melangkah maju lalu mengurung tubuh istrinya dengan kedua tangannya yang bertumpu pada pembatas atap. "Sudah aku bilang, jangan mengerucutkan bibirmu, Cla," ucapnya dengan serius.

Cla meneguk ludahnya sendiri. Ia mengalihkan tatapannya dari mata Aldrich ketika pria itu kembali mendekat, hanya menyisakan jarak tak sampai lima sentimeter.

"Kenapa?" Hanya satu kata inilah yang berhasil keluar dari mulut Cla. Cla bisa sedikit mengerti atau paling tidak paham atas alasan Aldrich yang tidak ingin dirinya menangis. Mungkin, Aldrich tidak ingin dirinya sedih. Tetapi kalau cemberut?

"Kamu mau tau alasannya?" Aldrich semakin mengikis jarak di antaranya dan Cla. Matanya menatap Cla penuh arti, menyusuri wajah istrinya itu.

Cla memundurkan tubuhnya dan membuang wajahnya. "Hmm," gumamnya gugup. Jantungnya semakin berdetak kencang begitu hembusan nafas Aldrich semakin terasa di rahangnya.

Aldrich tersenyum miring, menggoda Cla adalah kesempatan yang tidak bisa ia lewatkan. Gadis itu tidak berani menatapnya dan berkali-kali meneguk ludah.

Aldrich kembali mendekatkan dirinya, menempatkan mulutnya tepat di samping telinga Cla. "Kamu membuatku ingin menciummu. Get it?" ucapnya seringan bulu, namun dengan nada rendah.

Mata Cla melebar. Secara spontan ia mendorong pelan tubuh besar Aldrich. "Ini sekolah, Al," ucapnya penuh peringatan.

Senyuman miring Aldrich semakin jelas. "Berarti kalau di tempat lain nggak masalah?" ucapnya sambil mengangkat satu alisnya.

Mata Cla membulat. Ia mengalihkan tatapannya lalu melangkah menjauh. Ia tidak berani menjawab. Karena itulah apa adanya. Cla tidak sepenuhnya menolak, maupun menyetujui.

Aldrich tersenyum lebar. Ia melangkah cepat mengikuti Cla lalu melingkarkan tangannya di bahu sang istri. "Kamu tidak menolak, Sayang," ucapnya kembali tepat di telinga istrinya.

"Aldrich!" seru Cla dengan suara rendah kemudian melangkah menjauh terlebih dahulu.

Aldrich tertawa sebelum mengikuti langkah Cla dan tetap mengambil posisi di belakang sang istri.

Di sepanjang perjalanan menuju lapangan, mengingat ada upacara, Aldrich hanya mengikuti Cla sambil menggulum senyum. Sedangkan Cla terus melangkah dan berusaha mengendalikan kepala serta matanya untuk tidak melirik ke belakang.

Namun, pada akhirnya ketika hanya ia dan Aldrich berada di lift, Cla menoleh. Mata hitamnya melirik jejak air matanya di seragam Aldrich pada bagaian bahu. Tidak terlalu ketara, tetapi terlihat jika dari jarak dekat.

Aldrich mengikuti arah tatapan Cla, seketika senyuman miring tergambar di wajahnya. Lalu ia mendekati Cla. Ia menunduk dan meletakkan tangan besarnya di kepala sang istri. "Kamu menangis terlalu banyak, Mrs. Cromwell."

When We Are Young : Al & Cla (Young Marriage) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang