When We Are Young |3| |The Secret Wedding|

13.2K 1K 15
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Jika katanya waktu berjalan dengan cepat, maka itu benar. Hari ini, satu hari setelah pemakaman ayah dan ibunya, Cla sudah siap dengan gaun pernikahan sederhananya yang berbentuk A-Line. Gaun berlengan panjang namun menunjukkan sebagian bahu Cla itu menutupi kaki Cla hingga beberapa senti di bawah lututnya.

Selama tiga hari ini, Aldrich dan keluarganya selalu mendampinginya, terutama calon suaminya itu yang terus bersamanya di setiap prosesi pemakaman. Dan karena pria baik itu pula, semua terasa lebih mudah dan ringan bagi Cla.

"Cla," panggil sebuah suara berat.

Cla berbalik. "Om." Gadis dengan rambut di ikat sederhana itu tersenyum ketika mata hitamnya menangkap keberadaan calon ayah mertuanya, Alonzo. Ketika pria itu sadar dan Natasha memberitau niatnya untuk menikahkan Al dan Cla, pria paruh baya itu langsung terlihat antusias dan memberikan persetujuannya. Bahkan karena rasa senangnya, Alonzo langsung dipindahkan ke ruangan rawat biasa dan mendapat ijin dari dokternya untuk keluar dari rumah sakit sejenak.

Alonzo tersenyum sambil melangkah mendekati Cla karena ialah yang akan mendampingi Cla ke altar mengingat Cla sebatang kara karena orang tuanya merupakan anak tunggal dan kedua kakek yang juga anak tunggal sudah tiada.

"Panggil daddy dong," ucap Alonzo ramah sambil menyodorkan lengannya.

Cla tersenyum sambil mengamit lengan Alonzo. "Daddy."

"Nah gitu dong."

Tidak lama kemudian, Cla sudah melangkah naik ke altar. Jantungnya berdetak kencang. Satu tangannya mencengkram bouqet bunga pernikahannya dengan gugup. Matanya menatap tamu di kanan kirinya yang tidak terlalu banyak mengingat mereka masih muda, bahkan tidak ada satu pun temannya dan Al, selain Alena tentu saja.

Terakhir, mata Cla menatap seorang pria yang sangat tampan dengan tuksedo hitamnya di ujung altar sana, siap menyambutnya. Seiring langkahnya, jantung Cla semakin berdetak kencang dan ia semakin terharu, berharap orang tuanya bahagia melihatnya dari atas sana.

Dan saat tangannya berada di genggaman Aldrich, jantung Cla semakin berdetak kencang. Wajah ayunya menegang.

"Santai Cla," ucap Aldrich yang mengiringnya ke depan pastor.

Bukannya semakin tenang, jantung Cla semakin berdetak kencang, apalagi saat Aldrich mengucapkan janji nikahnya. Namun untungnya Cla dapat mengucapkan janji nikahnya dengan lancar, tanpa terbata-bata.

Ketika pastor menyatakan ia dan Aldrich sah sebagai suami istri, Cla merasa lebih tenang. Ia bisa menyematkan cincin di jari panjang Aldrich dengan tenang, tidak dengan tangan bergetar. Namun itu tidak berselang lama, saat pastor mengatakan bahwa Aldrich dapat mencium dirinya, jantung Cla berdetak lebih kencang daripada tadi seakan ingin melompat dari tempatnya. 

Aldrich menunduk dan mengikis jarak di antaranya dan Cla. Mata birunya menatap mata hitam Cla yang terlihat malu-malu. Bahkan wajah gadis itu sudah memerah.

Aldrich tersenyum tipis lalu mengecup ujung bibir Cla dengan cepat, yang cukup membuat mata gadis itu membulat dan Aldrich melebarkan senyumnya disusul suara tepuk tangan.

When We Are Young : Al & Cla (Young Marriage) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang