24. Harapan Seorang Ayah

254 44 11
                                    

Joohyun tak mengerti politik, dia dibesarkan oleh kasih sayang dan perlindungan ayahnya. Sejak kecil ayahnya tak ingin putri cantiknya bersentuhan dengan politik, tapi sebagai putri bangsawan kelas atas, Joohyun terlalu naif. Dia seakan tak mengerti bahwa banyak hal buruk mengintainya. Dia selalu berfikir bahwa semua orang baik.

Gadis itu masih menyibak rumput ilalang, terus menyisir jalan yang sulit untuk dilaluinya. Entah sudah berapa banyak luka goresan ilalang yang mengores kulit putihnya. Dia tak mungkin berjalan dijalan yang bisa dilewati kuda, meski lebih lapang, bagaimana jika Hwon msngetahui keberadannya.

"Tuan Agi tidak ada dipaviliunnya," disebuah paviliun rumah yang tampak sepi seorang budak perempuan melaporkan temuannya. Kamar Nona muda sepi, pelayan pribadinya juga tak ada ditempat.

"Seol juga tak ada disana?"

"Seol juga tak ada dipaviliun Nona," lanjutnya.

"Ibu pengasuh?" Tuan Bae masih dengan tenang membalik satu persatu lembar buku yang baru dibacanya.

"Tidak ada?" Tuan Bae menghentikan aktivitasnya. Dia keluar, dan budak perempuan itu tengah bersimpuh didepan pintu paviliun kamarnya.

"Panggilkan kepala keamanan?" Budak perempuan itu langsung menjauh dari paviliun utama. Hanya Tuan Bae yang menggunakan paviliun itu, baik sebagai tempat istirahat maupun bekerja.

Kediaman Tuan Bae menjadi sibuk meski persiapan pernikahan sudah rampung, tapi masalahnya pengantin perempuan tak ditemukan. Tinggal beberapa jam sebelum matahari terbit, namun anak perempuan Tuan Bae itu belum juga ditemukan.

Situasi menjadi lebih riuh daripada pagi biasanya. Para petugas keamanan bergerilya mencari dimana putri Tuan Bae berada.

Istana pun tak kalah riuh, mereka baru menyadari jika Yeok menghilang dihari pernikahannya. Secara diam-diam para kesatria mulai mencari dibawah perintah Ibu Suri.

Kabar dari istana semakin membuatan keadaan menjadi runyam. Kabar menghilangnya Joohyun dan Yeok harus dirahasiakan, para mentri akan berisik dengan menghilangnya calon pengantin. Tuan Bae dan Ibu Suri tidak akan membiarkan kabar buruk berhembus untuk buah hati kesayangan mereka masing-masing.

"Saya tak pernah menyangka anda akan mendatangi saya sepagi ini," seumur hidupnya duduk dikursi ratu hingga berada di posisi tetua istana. Ibu Suri tak pernah menyangka, Tuan Bae datang menemuinya secara diam-diam.

"Ya ada yang perlu saya bicarakan dengan anda, Yang Mulia."

Meski kedatangannya diam-diam, Tuan Bae adalah guru yang dihormati. Tuan Bae memberikan penghormatan kepada Ibu Suri sebagaimana ketentuan yang sudah ditentukan.

"Apa anda kemari karena kabar yang baru anda dengar dari istana."

Jelas Ibu Suri bisa menebaknya, beberapa hari lalu kedamaian menyelimuti hatinya. Bagaimana pun menjadi besan Tuan Bae adalah sebuah keberkahan langit untuknya. Jika umurnya tak panjang, dia bisa memercayakan Yeok pada besannya itu.

"Saya akan mengunci bibir saya untuk kejadian hari ini."

Suasana pembicaraan keduannya berubah kaku. Ibu Suri cukup mengenal Tuan Bae dengan baik. Sosok bangsawan yang selalu menjadi tauladan bangsawan lainnya. Guru dari keluarga kerajaan dan pemimpin dari para bangsawan di fraksi netral.

"Apa anda kemari membawa berita buruk, saya sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Anda boleh kembali."

Tidak! Ibu Suri tak ingin mendengar perkataan apapun. Dia hanya ingin mendengar kabar baik, termasuk Tuan Bae yang berada didalam genggamannya. Pernikahan Joohyun adalah Yeok harus rencana yang terlaksana. Pernikahan adalah cara yang bisa dia usahakan untuk mengikat Tuan Bae.

LADY BAE (VRENE FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang