Saat Dayang Choi pergi, adalah saat yang tepat bagi Joohyun untuk menyelinap. Memang apa alasan yang membuatnya sulit bertemu dengan suaminya. Hari ini adalah hari pertama mereka hidup bersama sebagai sepasang suami istri.
Sebenarnya Joohyun tak egois, dia hanya takut kehilangan pria itu dalam sekali kedipan matanya. Dia menikahi pria yang selalu dalam bahaya, dan Joohyun menggambil resiko teraebut untuk bisa hiduo dengan seseorang yang dia cintai.
"Seol bawakan bajuku," Seol masuk keruang tidurnya tak lama kemudian dengan membawa pakaian Joohyun yamh memang selalu dia sembunyikan didekat ruang tidur Joohyun.
"Anda akan pergi?"
"Ya, kalau bisa kita pergi tanpa sepengatuhan pelayan lain."
"Anda bisa lewat jendela yang disebelah sana."
Seol pasti sudah mengecek keadaan rumah ini tanpa Joohyun memintanya. Seol selalu bisa diandalkan. Tak salah jika Joohyun selalu mengandalkannya sejak dulu.
"Ini denah yang sudah saya gambar," gulungan kertas berisi denah rumah yang berasal dari ukiran tangan Seol pasti akan cukup membantu. Seol pandai menggambar, rahasia yang tidak diketahui siapapun. Lahir dari golongan paling bawah di Joseon sungguh tak menguntungkan Seol.
Andai saja ada cara bagaimana dia bisa membebaskan Seol dari perbudakan dinegaranya, Joohyun pasti akan melakukan apapun.
"Siapa tamu suamiku hari ini?"
"Lumayan banyak tamu hari ini, salah satunya mentri aparatur negara."
"Ah begitu rupanya," Joohyun mengangguk mengerti. Dalam waktu dekat Joohyun berebcana untuk menemui sang Ayah. Dia harus tahu dengan tepat siapa musuh dan lawan ketika dia menjadi pendamping Yeok.
"Kalau begitu aku pergi," Joohyun siap meloncat dari jendela dikamarnya. Namun telat, karena Dayang Choi menemukannya dalam posisi yang tidak seharusnya.
"Nyonya," hari ini dayang berpangkat tinggi istana itu melihat sendiri. Bagaimana putri tunggal keluarga Bae itu tak seperti putri bangsawan pada umumnya.
"Nyonya berhenti, jangan pergi."
Teriakan histeris Dayang Choi malah membuat Joohyun nekat melompat pergi dari jendela paviliunnya. Sejak berada di Hanyang rasanya Joohyun menjadi berkali lipat lebih serius dari biasanya. Yeok menjadi prioritasnya, dan pria yang dicintainya itu selalu memiliki masalah setiap harinya.
"Aku harus menemui suamiku," teriak Joohyun melambaikan tangannya pada Dayang Choi dengan wajah tak percayanya.
"Bagaimana aku bisa mendidiknya, tugas ini akan menjadi tugas sulit yang bisa kutunaikan."
Bisikan kecil itu jelas bisa didengar oleh Seol yang masih berdiri disana. Anak itu bahkan tak ingin melihat wajah Dayang Choi dengan kepala tegak. Namun semerepotkan Joohyun baginya, Seol melayani tuannya dengan sangat baik.
"Kejar dia, apa yang kamu lakukan disini!"
Seol hanya bisa mengangguk pada perkataan Dayang Choi. Posisi Seol tidak pernah benar untuk menolak perintah siapapun.
"Cepat kejar Nyonya Yi, kenapa kalian harus menunggu perintahku!"
Dayang Choi terlihat kesal dan dia tak menyembunyikan hal itu didepan pelayan lainnya. Dayang Choi adalah pelayan istana kelas atas yang melayani ibu Suri secara langsung. Tidak ada pelayan yang berani membatah perintahnya. Suaranya seakan menjadi perintah langsung dari Ibu Suri.
"Apa kau yang membantunya pergi?" Dayang Choi mendekat kearah Seol. Namun sekali lagi, meski posisinya tak bisa menolak. Bagi Seol perintah Tuannya lah yang akan dia dengarkan.
"Aku tau, kau sangat setia pada Nyonya. Simpankan buku ini untuk Nyonya. Banyak hal yang harus kubicarakan dengannya."
Seol mengangguk, tumpukan buku ditangan Dayang Choi berpindah ditangannya. Seol membaca sekilas, bahwa buku itu berisi tentang tata krama istana.
Seol tak mau berfikir tentang buku apa yang dibawa Dayang Choi untuk Nyonyanya. Dia memang bodoh, hingga tak tau maksud dari buku-buku dan misi rahasia Dayang Choi. Harusnya dia menaruh curiga, alasan seorang Dayang istana berada dirumah seorang pangeran muda yang tak bertahta
***
"Sayang," nafas itu memburu. Namun firasatnya tak salah karena Joohyun mencapai paviliun yang tepat.
Joohyun menghitung waktu yang tak dia habiskan bersama suaminya dan berapa banyak rindu yang sudah dia miliki untuk sang suami.
Pakaian kasual dengan warna cerah begitu cocok ditubuh tingginya. Kulitnya yang sedikit gelap tenyata tak membuat pakaian berwarna cerah terlihat tak cocok untuknya. Joohyun merasa puas, dia memilih suami tertampan diseantero Joseon.
"Biarkan Joohyun bersamaku," suaranya yang penub wibawa begitu menggetarkan hati Joohyun yang tengah kasmaran.
Para pelayan yang menggejar Joohyun hingga ke paviliun Yeok undur diri dengan gerakan mundur. Ruangan ditutup kembali, dan kali ini hanya ada dirinya dan Yeok. Seharusnya seperti ini pernikahan yang Joohyun inginkan. Bisa melihat dan memastikan Yeok dalam keadaan aman.
Karena harus berlari dari paviliunnya menuju paviliun dimana Yeok berada. Nafas Joohyun tak teratur, dia hanya bisa duduk diam didepan Yeok yang tampak membiarkannya mengatur nafas kembali.
Joohyun bejalan kesisi suaminya, dia memindah meja tulis yang menjadi penghalang keduanya. Joohyun ingin berada lebih dekat dengan sang suami.
Belum sempat Joohyun mengeluarkan satu patah katapun. Yeok menyapu keringatnya dengan ujung-ujung pakaiannya.
Joohyun tertegun, adegan romansa dari novel-novel romantis yang dibacanya terjadi dalam hidupnya. Ada ribuan kupu-kupu menari dan membumbung tinggi didalam perutnya.
"Yang Mulia," panggilan asing itu keluar begitu saja dari Joohyun. Dia selalu lancang memanggil Yeok seperti teman sebaya. Dia selalu meluopakan fakta bahwa pria yang berhadapan dengannya adalah putra sah mendiang Raja dan permaisurinya.
"Ehm," Yeok berdehem. Suasana cangung itu tercipta begitu saja saat Joohyun memanggilnya seperti itu.
"Saya tidak berselera menikmati makanan saya, karena belum melihat anda hari ini."
Ini bukan suasana biasa yang bisa mereka sepelekan. Sulit untuk memulai pembicaraan biasa seperti biasanya.
"Begitu?"
"Ya."
"Apa banyak hal yang harus anda lakukan hari ini?"
"Tidak."
Joohyun menunduk, tidak tahu kalimat apa lagi yang harus dia ucapkan pada Yeok.
"Pangeran sepertiku hanya menikmati waktunya untuk membaca hal-hal remeh. Aku tidak boleh belajar dan menjadi bayangan untuk kakakku."
Itu hanya kalimat bohong yang sudah Joohyun tahu. Tapi tentu tak mudah mengatakan bahwa dia merencanakan hal gila padanya.
"Membaca hal-hal remeh, apa anda juga membaca ....," Joohyun sengaja mencari sorot mata Yeok sebelum melengkapi kalimatnya.
"Sesuatu yang membuat anda begitu hebat dimalam pertama anda."
"Ehm...," Yeok berdehem. Berusaha menghentikan kalimat Joohyun yang menggodanya. Setelah terperangkap dalam kecanggungan, Joohyun telah menemukan jati dirinya.
"Saya tidak akan mengulangi kalimat saya lagi," ada tawa kecil saat Joohyun melihat Yeok yang bisa lebih sedikit santai dari ekspresinya saat dirinya menerobos masuk tadi.
Joohyun tau bahwa pernikahan mereka pasti membuat Yeok sibuk. Akan banyak bangsawan yang mendekati Yeok dengan berbagai dalih. Tapi yang bisa Joohyun mengerti adalah, pria didepannya memiliki hak menglengserkan tahta raja yang tengah memerintah.
Alasan kenapa para lalat datang membawa bau busuk di kediaman barunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/177874573-288-k762053.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LADY BAE (VRENE FANFICTION)
FanficPerempuan itu terasa familiar, pada pertemuan pertama kami Seperti kami pernah bertemu pada kehidupan sebelumnya Sekuat apapun aku menolaknya Jalan takdir seperti merangkai kami menjadi sebuah cerita Aku bahkan penasaran akhir cerita ini -Kim Taehy...