38. INGATAN KELAM

1.4K 131 207
                                    

Terlalu banyak luka, hingga aku lupa bagaimana rasa bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu banyak luka, hingga aku lupa bagaimana rasa bahagia.

-F Jerad Laksamana


bacanya pelan-pelan biar tau maksud dari bab ini oke?

oiya kolonel, aku ubah judul cerita iniii, yang tadinya Laksamana : The Blank Code jadi Laksamana aja hehew, soalnya kepanjangan gasii? aku ngerasa kepanjangan jir.

tapi gatau yaa... nanti tau-taunya aku nambahin lagi the blank code-nya😭😭🙏🏻

yang jelas nama judulnya tetep Laksamana xixi🌬

sebelum baca vote dulu kiw, orang cangtip bisa baca kan? ngoghey aku sekarang minta vote nya (bintang pojok kiri bawah itu di pencet sampe bintangnya keisi oren semua 😃👍🏻)

udah? makasih kolonel yang udah mau berpartisipasi 🤍🤍

***

Laksa memberikan sebuah berkas ke Gildan. Cowok dengan balutan jaket kulit hitam itu membuka dan melihat isi dari berkas tersebut.

"Serius?" tanya Gildan saat sudah membaca seluruh isi berkas itu.

Laksa mengangguk. Ia baru kesini keesokan harinya, setelah kemarin malam mengerjakan hal lain. Sehingga ia baru bisa ke markas pagi ini.

"Si Satwa gimana?" tanya Laksa.

"Satwa udah baikan, dia kan kebal sama gituan. Bentar lagi paling juga sampe sini. Tapi ya gitu, harusnya kan masih beberapa hari lagi. Dan lo tau sifat dia gimana" jawab Gildan menjelaskan.

"Ohh" Laksa berjalan menduduki sofa besar yang ada di ruang tamu markas mereka. Lalu mendudukan bokongnya di sofa tersebut.

"Tinggal DJ aja yah?" ucap Gildan ikut duduk di depan sofa yang Laksa tempati. Kini mereka duduk saling berhadap-hadapan.

"Panggil Balqis" titah Laksa.

Gildan mengangguk. Cowok itu membuka ponselnya dan menghubungi Balqis untuk mengatakan bahwa Gildan akan menjemput gadis itu di apartment-nya.

"Nerra enggak Sa?" tanya Gildan.

"Dia biar gue yang urus" ucap Laksa yang diangguki oleh Gildan. Lalu cowok itu berjalan keluar markas.

Laksa menghembuskan napasnya kasar. Cowok dengan balutan kaos putih di badannya itu berjalan keluar markas untuk ke rumah Nerra, Laksa tidak perlu meminta izin gadis itu untuk menjemputnya. Lagi pula... Seharusnya Nerra tidak marah bukan? Jika Laksa menjemputnya tiba-tiba.

LAKSAMANA [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang