Happy reading...
Maura menangis sesenggukan karena ucapan Kara, memang ia ibu yang jahat bahkan Maura merasa tidak pantas untuk disebut sebagai seorang Ibu, tapi ketahuilah ini berat baginya.
Maura berusaha meredakan tangisannya tetapi yang terjadi air matanya malah semakin deras saja.
"Please ra untuk kali ini Lo ngga usah nangis," ucap Maura disela-sela tangisannya.
Tapi usaha Maura gagal untuk menghentikan tangisannya yang semakin menjadi.
"Kenapa harus gue, dan kenapa harus sekarang haaa, gue capek!" Racau Maura.
Maura memeluk kakinya erat, tanpa sadar kuku Maura telah melukai tangannya.
Aska baru saja keluar dari mobil, ia membawa beberapa kotak martabak yang di tenteng di tangannya.
Aska sedikit mengerutkan kepalanya, perasaan dia tadi sudah menutup pintunya kenapa sekarang terbuka, apa ada tamu? Batin Aska.
Aska memasuki rumah, ia terkejut ketika mendapati Maura yang tengah memeluk kakinya di atas sofa dan jangan lupakan tubuhnya yang bergetar, bahkan suara tangisannya terdengar jelas di telinga Aska, Aska seketika langsung menghampiri Maura.
"Maura!" Ucap Aska.
Tangis Maura langsung berhenti begitu saja ia mendongakkan kepalanya menatap Aska.
"Kenapa sayang? Ada yang salah sama kamu?" tanya Aska dengan nada khawatir, tangannya memegang bahu Maura.
Maura menatap Aska, kilatan marah tampak jelas di mata Maura, seketika Maura menyentak tangan Aska.
"Pergi!!" Sentak Maura.
Aska sedikit terkejut dengan bentakan Maura, ada apa dengan Maura? Beberapa menit yang lalu dia tidak seperti ini.
"Kenapa hmm?" tanya Aska lembut berusaha meminta penjelasan dari Maura.
Maura tidak memperdulikan Aska ia menatap Aska nyalang.
"Jangan ganggu!" Ucap Maura sebelum benar-benar bangkit dari sofa dan berlari menaiki tangga rumah dan memasuki kamar.
Brak.
Maura menutup pintu kamar sekencang-kencangnya.
Aska mengikuti Maura karena ia takut terjadi apa-apa dengan Maura.
"Ra bisa buka pintunya,"ujar Aska seraya mengetuk pintu kamar.
Maura tidak mempedulikan ucapan Azka.
"Sayang, aku ada salah?" ucap Aska berharap Maura menjawab pertanyaan nya.
Tapi nihil Maura hanya diam saja.
"Aku minta maaf," ucap Aska.
Aska terdiam di depan pintu, yang terdengar hanya suara isakan Maura yang samar-samar.
"Kalau butuh sesuatu panggil aku," ucap Aska,
Aska menghela nafasnya pelan sepertinya Maura sedang berada dalam mood yang tidak baik, atau mungkin ada sesuatu yang terjadi tapi tidak ia ketahui.
Aska memilih pergi ke ruangan kerjanya, mungkin Maura saat ini butuh waktu sendiri.
Sedang Maura yang berada di dalam kamar terus saja menangis sesenggukan.
Drttt drttt
Maura menghentikan tangisannya ia menatap hpnya disana ada banyak panggilan dari Radit yang belum ia jawab, tangannya terulur untuk mengambil hp itu dan mengangkat panggilan dari Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURALASKA (Tersedia di Gramedia)
Romance(FOLLOW SEBELUM BACA) Takdir memang lucu aku Maura dan kamu Aska dua manusia yang berbeda sifat tapi entah kenapa bisa menjadi satu karena ikatan pernikahan. Akankah pernikahan ini bisa utuh sampai maut memisahkan kita? Atau kita akan berakhir? Enta...