Happy reading...
Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam sedari tadi Iren Maura dan juga Rahma masih terhanyut dalam obrolan mereka, begitu juga dengan orang-orang lainnya mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Maura sedikit merasa aneh ia merasa pusing dan perutnya sedikit sakit.
"Ra muka Lo pucet Lo sakit?" Tanya Rahma yang ada di samping Maura.
"Gue GPP kak, gue ke toilet bentar," ujar Maura yang di angguki Rahma.
Maura berjalan ke arah toilet tanpa sengaja ia menabrak punggung seseorang.
"Sorry," ucap Maura, ternyata orang yang di tabraknya adalah Lara.
"No problem," jawab Lara.
Sedang Maura segera masuk ke dalam toilet meninggalkan Lara yang menatap punggung Maura yang menjauh darinya.
Maura menatap dirinya di pantulan cermin, memang benar wajahnya terlihat pucat, Maura sedikit membenarkan dandanannya yang sedikit berantakan.
Tangan Maura bergerak untuk memegang perutnya lebih tepatnya sedikit mencengkram nya.
"Ya Tuhan kenapa sakit banget," rintih Maura.
Maura segera keluar dari toilet ia berniat pulang saja ke rumah dan istirahat mungkin perutnya terasa kram karena Maura kecapekan seharian ini.
Maura menghampiri Rahma sedangkan Iren entahlah dia kemana.
"Kak gue pulang sekarang badan gue agak ngga enak Lo gapapa gue tinggal?" Tanya Maura.
"Lo sakit? Kenapa ngga bilang gue dari tadi tau gitu Lo nggak gue bolehin Dateng Ra," ucap Rahma menatap khawatir Maura.
"No problem kak, gue cuman butuh istirahat aja malem ini," ucap Maura tersenyum tipis, tapi muka pucatnya memang tidak bisa di sembunyikan.
"Gue suruh asisten gue anterin Lo pulang," ucap Rahma, Maura menggelengkan kepalanya.
"Gue udah pesen taxi kak," ucap Maura.
"Yaudah kalau gitu Lo hati-hati di jalan," ucap Rahma.
"Sorry ya kak gue nggak bisa disini sampai selesai," ucap Maura merasa tidak enak dengan Rahma.
"GPP Ra kesehatan nomor satu bagi gue," ucap Rahma.
Saat keluar dari hotel Maura tidak sengaja berpapasan dengan Genta, Maura dengan cepat melangkahkan kakinya tapi Genta terlebih dahulu menarik tangan Maura.
"Lo sakit muka Lo pucet," ucap Genta menatap Maura intens.
"Bukan urusan Lo," ucap Maura menyentak tangan Genta.
"Gue anter pulang," ucap Genta.
Maura menghela nafasnya.
"Jangan maksa gue gen," ucap Maura.
"Kalau gitu gue minta maaf, gue nyesel ra" ucap Genta terlihat serius Dimata Maura.
"Gue ngga peduli!" Sentak Maura memilih enyah dari hadapan Genta.
Maura segera keluar dari gedung beruntung taxi yang di pesannya sudah berada di depan.
Maura memasuki taxi, ia menggigit pelan bibirnya perutnya terasa sangat nyeri
"Pak bisa cepet dikit," ucap Maura kepada driver taxi.
"Iya MBK," jawabnya.
Dua puluh menit kemudian Taxi berhenti di depan rumah Maura, setelah membayar dan mengucapkan terimakasih Maura keluar dari taxi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURALASKA (Tersedia di Gramedia)
Romance(FOLLOW SEBELUM BACA) Takdir memang lucu aku Maura dan kamu Aska dua manusia yang berbeda sifat tapi entah kenapa bisa menjadi satu karena ikatan pernikahan. Akankah pernikahan ini bisa utuh sampai maut memisahkan kita? Atau kita akan berakhir? Enta...