Part 40

311 37 5
                                    

Siders? Mending gak usah baca! Saya berimajinasi kalian mengapresiasi. Kalau gak suka silahkan gak usah di paksa, saya gak ngemis viewers:))

-Happy Reading -

"Hoekk" Dengan cepat Diah Nova menjauhkan mangkuk makanan dari hadapan Delia.

Diah mendekat dengan raut khawatir nya, "Muntah lagi?"

Nova mengangguk, sedangkan Delia masih terdiam dengan wajah lelah nya. Pagi ini, setiap Delia memakan sesuatu, tubuh nya pasti menolak mentah-mentah dan kembali mengeluarkan nya. Membuat Delia lemas seketika.

"Maafin Lia kak. Baju kak Nova jadi kotor karna Lia," celetuk Delia lemas.

Diah tersenyum miris, hati nya teriris perlahan setiap mendengar rintihan Delia.

"Gak papa. Ma, nitip Lia dulu. Aku mau ganti baju dulu," pesan Nova.

Diah mengangguk, mengambil alih mangkuk di tangan Delia.

"Makan lagi ya?" pinta Diah lembut.

Delia menggeleng, "Mama gak perlu repot-repot suapin Delia. Bukan nya mama yang didik Delia supaya jadi anak yang mandiri?"

Diah mematung di tempat, ucapan Delia memang tidak kasar, tapi mengapa sangat perih saat Perempuan itu menyaring nya?

Diah tersenyum tipis, mencoba tegar di depan Delia, sembari mengaduk bubur Delia yang mulai hangat, "Se-suap aja! Oke?"

Delia kembali menggeleng, "Enggak ma! Lia gak mau makan," jawab Delia lirih.

Pintu rumah sakit terbuka. Di sana, ada Bimo yang memasuki ruangan rawat Delia  lengkap dengan baju kantor nya.

"Lho Lia kenapa? Gak mau makan?"

Diah mengangguk membenarkan penuturan suami nya.

Bimo tersenyum tipis, lantas berjongkok di  depan kursi roda Delia.

"Mau papa beliin sesuatu?"

Delia menggeleng, senyum tipis kembali ia terbit kan, "Mama Papa telat. Dulu Lia pengen banget makan makanan kayak teman-teman bareng orang tua nya. Tapi yang Lia dapet cuma bentakan," jawab Delia.

Bimo mengalihkan pandangan nya, menatap ke arah lain. Hati nya teriris mendengar penuturan Delia barusan. Begitupula dengan Diah, wanita itu sudah menitihkan air mata nya sejak tadi.

"Maafin mama papa Del," ucap Bimo memohon.

Delia kembali tersenyum, "Lia udah maafin mama papa kok. Jauh sebelum mama papa siksa Delia. Cuma, Delia sedikit gak menerima kalau Delia di perlakukan baik karna Delia lagi sakit. Delia gak butuh itu pa, ma! Toh, sebentar lagi Delia juga bakal mati-"

"JAGA UCAPAN KAMU DELIA-"

"Mas Bimo!" potong Diah memperingati nada bicara suami nya yang naik satu oktaf.

Delia tersenyum miring, "Bener kan ma, pa? Lia udah biasa hidup mandiri, jadi kalau di manja rasanya beda. Bukankah papa dulu selalu bilang, kalau gak bakalan ada tempat bagi anak-anak yang manja. Delia berusaha jadi anak mandiri, meski hati Delia yang jadi korban-"

"Delia," Diah memotong ucapan Delia lembut, "Kamu istirahat aja ya, makan nya di lanjut nanti. Oke?"

Delia melengos, menggeleng pelan lantas mendorong kursi roda nya ke arah sofa dengan susah payah, "Lia gak mau tidur. Mama kan yang selalu ngingetin Lia kalau Lia sampe tidur mama bakal kasar sama Lia."

Lagi, lagi dan lagi hati Diah seperti tersayat belati yang amat tajam.

"Harus dengan cara apa, supaya kamu maafin mama sayang?" sesal Diah tergugu lungkrai di lantai rumah sakit.

DELIA & WISNU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang