Nightmare

12 2 0
                                    


"Sound system? Sama gue aja yu!"ajak Sejeong.

"Iya sama dia aja."ucapku.

Dia menatapku sebentar lalu akhirnya mengangguk menyetujui ajakan Sejeong.


"Yaudah aku ambil mobil dulu."ucapnya menepuk kecil pundakku.

Aku dan Sejeong berdiri berhadapan. Anehnya dia menatapku tidak enak. Dahinya mengkerut dan melihatku dari atas sampai bawah lalu menyipitkan matanya. Apa salahku padanya? Oh apa karena yang kertas itu ya?

"Gamungkin itu lo."ucap Sejeong pelan.

"Hah?"

"Gausah ya mancing gue. Mending lo-"

Tin! Tin!

Ucapan Sejeong terpotong klakson mobil Doyoung. Dia menatapku sekali lagi, lalu berbalik dan masuk ke mobil. 

"Gila kali ya? Salah apa gue?"batinku.








___________________________________

"Menurut saya bisa, ada juga pasien saya yang seperti kamu. Mereka sembuh kalau sudah bisa bertemu dengan alasan insomnia mereka."

"Alasan?"

"Iya, alasan mereka insomnia. Ada yang karena trauma, karena ketakutan, atau kehilangan seseorang."jelas dokter itu.

Iya hari ini aku datang ke dokter, sendirian. Aku orangnya tidak suka menjadi beban pikiran orang lain, apa lagi Mama. Aku berangkat sendirian ke sini. Dokter Donghae, aku sudah datang kepadanya kira kira hampir 10 kali. Dia baik dan terus menerus memberi informasi caraku untuk sembuh dari insomnia yang menyiksa ini.

"Emang ada yang semacam itu ya dok?"

"Iya, kamu gatau alasan kamu insomnia? Misalnya karena trauma pernah jatuh atau dijahati, cara agar sembuh kamu harus mengalahkan ketakutan itu. Atau karena kehilangan seseorang yang sudah tiada, kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian orang itu."

Kepergian? Aku tidak ingat pernah sesedih itu kehilangan seseorang. Jatuh kah?

"Atau bisa saja orang yang kamu rindukan itu masih hidup, kamu bisa mendatanginya dan meminta bantuannya untuk membantu menyembuhkan itu."lanjutnya.

"Dokter tau kan saya mimpi jatuh, apa karna itu?"

"Bisa jadi, tapi saya juga tidak yakin. Kamu bisa mulai mencari dimana itu, karna semua yang pernah muncul di mimpi pasti pernah benar benar kamu lihat."

Pernah aku lihat? Mungkinkah jurang di tepi laut itu benar nyata?

"Aku gatau gimana bisa nemuin tempat itu dok."

"Pasti bisa Na, semangat!"ucap dokter itu.

Aku tersenyum.

"Dokter yakin kamu bisa sembuh, selain itu kamu minum obat tidur terus menerus benar benar buruk buat kesehatan. Jadi semangat kamu pasti bisa!"

"Iya dok, kalau gitu saya permisi."kataku menundukan badan dan keluar dari ruangan dokter.


Apa benar tepi jurang itu nyata? Ataukah bisa saja sebenarnya itu bukan mimpi tapi ingatanku? Ah mana mungkin! Tapi bisa saja Alyna!, batinku selagi mengantri obat.

my lullabies | kdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang