Mount Climbing

11 0 0
                                    

Doyoung is calling...

Sudah kuduga dia akan menelepon.

"Kamu ga ngampus? Tuh kan beneran sakit. Maaf kemaren aku bikin kamu cape ya? Ak-"

"Shh! Engga.. Semalem aku mimpi gaenak aja. Bukan salah kamu."

Dia diam sejenak.

"Doyoung?"

"Hm?"

"Mikir apa ko diem?"

"Maaf gabisa dateng ngurusin kamu. Aku gabisa ngirim obat. Gabisa soalnya.."

Yaampun.

"Engga gapapa astaga."

"Bisa! Tunggu aja!"ucapnya di akhir dan langsung mematikan telepon.

Dia terdengar sangat antusias. Entah kenapa telepon darinya sedikit meringankan hatiku. Mungkin karena suaranya yang menenangkan bagai mentari. Terdengar ceria dan senang namun sedikit khawatir.

Apa yang akan dia kirim? Atau dia akan datang?

Sudah tiga jam. Sesekali aku melihat ke arah gerbang. Lagian aku menunggu apa! Tidak aku tidak menunggu dia datang kan? Astaga sudah lah.

Aku berjalan ke dalam kamar. Kembali membaringkan badanku di ranjang nyaman sambil memeluk bearies. Badanku mulai gerah karena di dalam selimut sejak pagi.

Tingnung!

Suara bel? Aku langsung cepat cepat membuka selimut dan berlari ke depan pintu. Lalu membukakan orang itu pintu.

Sayangnya bukan dia. Itu Ten.

"Ko gitu mukanya? Ga seneng gue dateng?"ucapnya memberikan sebuah paperbag besar.

Aku mengambilnya lalu berjalan ke dalam.

"Siapa nak?"tanya mama dari dapur.

"Ten ma."

Mama mempersilahkan Ten masuk. Kun juga keluar dari dapur bersama mama. Dia berkenalan dengan Ten. Mereka sepertinya bisa akrab. Aku membuka paper bag coklat yang tadi dia bawa.

"Eh bentar!"kata Ten menahan tanganku.

Dia mendekat lalu membisikan ku sesuatu.

"Dari Doyoung."bisiknya.

Aku langsung berlari ke kamar. Doyoung menelepon setelah beberapa detik aku membuka paperbag itu.

 Doyoung menelepon setelah beberapa detik aku membuka paperbag itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu ada pie buah, kalau lidah pait makannya itu. Terus juga ada ayam bakar, makan selagi panas."jelasnya.

"Makasih."ucapku.

"Iya.. Maaf ga ngirimin obat, bingung kamu sakit apa."

"Hehehe iya.. ke sponsornya ga jadi?"

my lullabies | kdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang