Picture

3 0 0
                                    

Hyebin disuruh Kun untuk menjagaiku. Aku tidak boleh bertemu dengan Doyoung sama sekali. Bahkan nomor telepon Doyoung pun dihapus dari kontakku. Aku tidak lagi bersemangat untuk menyembukan penyakitku. Sudahlah, mungkin aku sudah ditakdirkan untuk melalui ini.

Aku akan menyelesaikan kuliahku dan menjadi pemusik. Itulah satu satunya mimpiku sekarang. Mungkin mimpi buruk setiap malamku tidak akan berakhir, tapi mimpi di dunia nyataku harus menjadi nyata.

Aku sudah tidak bertemu dengan Doyoung selama hampir 3 minggu. Konser tahunan akan berlangsung 2 minggu lagi. Iya itu diundur. Aku juga tidak begitu tahu alasannya, tapi kata pak Siwon persiapannya belum 100 persen.

Hyebin selalu menyemangatiku. Bahkan dia menyuruhku untuk bertemu dengan Doyoung. Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau Kun kecewa padaku. Dia sangat menyayagiku, dan aku tidak mau itu berubah.





Aku sedang duduk di taman yang dulu aku datangi bersama Kun. Ya kursi pertama dengan mimpi indah sejak penyiksaan ini dimulai.

Aku melihat Doyoung berlari kearahku. Astaga. Tidak aku harus pergi.

"Alyna!"teriaknya.

Aku berjalan cepat menjauhinya.




"OKE KALO KAMU GAMAU DEKET, AKU BICARA DARI SINI!"katanya di belakang.

Aku menghentikan langkah.

"AKU GAPERNAH SENGAJA NINGGALIN KAMU INA!"

Ninggalin aku?

"AKU MINTA MAAF! AKU GATAU KALAU KAMU MENUNGGUKU DENGAN BEGITU KESAKITAN LINA! SEKARANG AKU UDAH DATENG NA! AKU DISINI SEKARANG."

Entah kenapa aku menangis. Dadaku sesak. 


"NA!"

Kepalaku pusing. Seperti ada bayangan yang melewati pikiranku dengan cepat. 


"NA? KAMU- AALYNA!!!"teriak Doyoung.







_________________________________

Aku mendengar suara.

"Buka mata nak! Bangun!"

Iya itu mama.

Aku membuka mata. Disana ada mama dan Kun. 

Aku dimana? Rumah sakit?

"Dok siapa yang nganter dia ke sini tadi?"tanya mama pada dokter yang sedang memeriksaku.

"Saya juga gatau bu. Ada seseorang pakai masker hitam, tinggi, pakai topi hitam. Dia cuma menyuruh saya untuk menangani mbak ini dengan cepat dan menyuruh saya menelepon ibu."jawab dokter itu.

Masker dan topi hitam? Itu Doyoung.

"Saya kenapa dok?"tanyaku. Pasalnya aku tidak pernah merasakan sakit kepala seperti tadi.

"Kecapean aja kayanya de. Kamu gaada penyakit apa apa."ucap dokter itu.

Tentu saja, penyakitku bukan ada pada tubuh tapi jauh dalam hati dan otakku. Mama terlihat bernafas lega. Kun juga begitu, tapi dia terlihat berfikir.

my lullabies | kdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang