Ibu dan Ayah Alyna ada di depan Alyna yang masih menutup matanya. Kun dan Hyebin masih kaget dan berdiri di dekat mereka. Dokter sudah keluar dari ruangan Alyna barusan.
Alyna perlahan membuka matanya. Ia memandang ayah dan Ibunya dan terlihat berfikir. Dia kaget ayahnya bisa ada disini dan menghitung apakah ini memang tanggal ayahnya libur. 'Sepertinya tidak' pikir Alyna.
"Ha-halo sayang, gimana? Ada yang sakit?"tanya Ibu Alyna menahan air mata bahagianya.
Alyna menggeleng.
"Aku dimana ma?"tanyanya.
Ibu dan Ayah Alyna bernafas lega. Mereka bersyukur apa yang dokter katakan tadi salah, bahwa Alyna mungkin saja kehilangan ingatannya. Ibu Alyna mendekati anaknya dan memeluknya erat.
"Syukurlah... Syukurlah kamu sudah sadar. Jangan sakit lagi ya Na, kita lupakan aja apa yang sudah berlalu."katanya mengelus kepala Alyna pelan.
Alyna tersenyum bingung, apa maksud dari masa lalu yang harus dia lupakan itu. Alyna memandang Hyebin, dia agak aneh melihatnya yang sedikit berubah.
"Na, aku seneng banget bisa ngeliat senyum kamu, mata kamu, suara kamu lagi...."kata Hyebin kini berlari mendekap Alyna.
"Yaelah bin, emang aku kenapa sih! Kaya mau meninggal aja deh."kata Alyna bercanda.
Namun semua orang tak menganggap itu bercanda. Karna apa yang dikatakan Alyna itu benar, dia hampir meninggal. Semua orang terdiam dan membuat Alyna bingung.
"Kok diem? Aku emang kenapa sih, ma?"
"Ka-kamu.."
Itulah awal kebohongan yang Ibu Alyna buat. Entah mengapa Alyna percaya dan malah merasa itu adalah kebenaran. Entah apa yang terjadi pada otak Alyna saat itu, dia tak menghapus ingatan ingatan tertentu dan bahkan pelajaran. Seakan otaknya menghapus sesuatu yang bisa menyakitinya.
Namun dirinya tak tahu, kalau ketidaktahuan lebih menyakitkan dari mengetahuinya dan tersakiti lagi, lagi, dan lagi.
Seorang Ibu yang memberikan keputusan tak patut itu dan memberi obat kepada air minum putri kesayangannya setiap harinya, setiap Alyna meminum obat tidurnya. Obat macam apa? Obat itu untuk menjadikan ingatannya seperti sekarang ini.
Samar samar, lalu menjadi sesuatu yang seakan benar.
Semakin lama kebohongan itu menjadi berakar, apalagi dengan bagaimana Alyna yang tak penasaran dengan itu. Irama kebohongan itu seakan menjadi nyata dan benar benar terjadi. Alyna bahkan tak bisa membedakan yang mana kebenaran dan kebohongan ibunya. Hingga beberapa tahun berlalu, kini Alyna benar benar lupa pada apa yang terjadi hari itu.
Sejak itu hidup seakan tak lagi berwarna bagi Alyna. Bagaimana malam bagaikan neraka dan siang bagaikan padang pasir. Ia tak tahu apa yang hilang pada dirinya. Kekosongan itu lebih sakot dari rasa sakit itu sendiri.
Ayah Alyna awalnya sangat tidak setuju melihat keputusan Ibu Alyna dan itu sangat menyiksanya. Melihat putrinya yang tak mengetahui kejadian sebenarnya. Itulah salah satu alasan ia takut pulang ke rumah dan berbicara pada Alyna. Rasa bersalah ayah Alyna tak kunjung sembuh dan membuat hubungan keduanya merenggang.
Bagaimana dengan Doyoung? Ten benar benar tak lagi datang ke rumah sakit. Dia sempat mendengar kesembuhan Alyna, namun mengingat bagaimana yang diucapkan Doyoung saat itu dia tak memberi tahu Doyoung. Doyoung menjalani pengobatannya di Amerika bertahun tahun lamanya dengan tekun.
"Aku akan datang suatu hari."ucapnya pada fotonya dan Alyna di depan pantai dulu.
Hingga datanglah suatu ketika. Ketika dia benar benar kembali datang. Namun yang tak ia tahu, saat saat bahagia itu juga hanyalah sesuatu yang juga samar. Bukan selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
my lullabies | kdy
FanficAlyna seorang wanita yang mencari cara menyembuhkan insomnianya bertemu dengan Doyoung sang lullaby yang misterius. Apa yang terjadi di masa lalu, dan apa yang terjadi di masa sekarang harus Alyna kupas untuk menemukan jawaban dari tanyanya selama i...