Hello, Heartache!

2 0 0
                                    

Semua berkumpul di tempat yang sama. Bagaimana orang orang yang sama menatap penuh harap pada orang yang sama kedua kalinya? Hingga Alyna -kembali- benar benar membuka matanya diatas kasur rumah sakit ditemani orang orang yang sama untuk kedua kalinya.

Mata coklat yang membuka itu diikuti tangis bahagia orang orang itu. Namun seseorang itu selalu tertinggal. Lagi lagi, dia tak ada disana. Alyna tak mampu berkata. Sesuatu yang hilang dari dirinya sudah kembali, ingatan itu, rasa sakit itu.

Dadanya terasa sakit, Alyna tak bisa bernafas. Matanya mengeluarkan air mata pertamanya setelah satu seminggu berlalu. Entah apa yang sudah dia lewatkan.

"Dimana, dia dimana..."kata Alyna kini banjir air mata.

Dia hancur.

Hancur, hancur, hancur.

"Bilang sama aku DIA DIMANA!"kata Alyna lagi, lagi dan lagi.

Semua orang kaget. Bagaimana tidak, Alyna yang sudah tak siuman selama 1 minggu kini berteriak bagai orang sakit jiwa.

"Di-dia siapa na, siapa.."kata Ibu Alyna menenangkan anaknya.

Alyna menatap benci pada Ibunya.

"KENAPA MA! KENAPA MAMA HARUS BOHONG? AKU SAYANG MAMA, AKU GA HABIS PIKIR-"

"Kenapa kalian semua seakan peduli sama aku, tapi apa yang kalian lakuin? Papa diem aja aku dimanipulasi mama? Kenapa?"

"Kamu, Kun. Aku nolak kamu di atas tebing itu, dan itu yang jelas jelas buat aku jatuh dari sana. Kamu yang buat aku jatuh! Apa kamu bilang waktu itu? 'Laki laki bajingan'? BUKAN DIA TAPI KAMU YANG BAJINGAN!"

"Hyebin, kamu sengaja ninggalin aku? Aku udah cari kamu, udah telefon, ketuk ketuk rumah kamu, dan kamu tinggalin aku demi laki laki kaya dia? AMBIL BIN! AMBIL!"

Kata Alyna penuh air mata. Semua orang menatap pada Kun setelah mendengar perkataan Alyna barusan.

"Kamu yang buat anak saya jatuh?!"kata Ayah Alyna bertanya dengan mata harimau kelaparan.

Alyna benci semua orang yang ada disini. Bagaimana kepercayaannya sudah hancur lebur dibuat mereka. Alyna beranjak dari ranjangnya, merobek infusnya, lalu berlari meninggalkan mereka semua.

Darah menetes dari bekas jarum yang dia lepas dengan paksa tadi. Alyna berlari sekencang mungkin, dia masih ingat rumah Doyoung saat itu. Dia berlari tanpa alas kaki di malam hari dengan pakaian khas rumah sakit. Sialnya malam itu hujan, seluruh badan Alyna basah diterpa hujan angin namun tak berhenti berlari.

Hebatnya rumah sakit itu tak jauh dari tujuannya. Hingga dengan kaki berdarah darah dan tubuh basahnya, dia sampai disana. Dia mengetuk pintu rumah itu seperti orang gila sambil menangis. Mengetuk dan terus mengetuk..

Tak ada jawaban.

Tak ada orang yang membukakan pintu.

Tak ada dia disana.

Alyna kini terduduk lesu di teras rumah Doyoung sambil terus menangis. Rasa bersalah yang sepertinya tak akan hilang dalam ribuan tahun. Bagaimana dia bisa tak mengenali cintanya sendiri? Bagaimana dia bisa tenggelam dalam semua kebohongan ini.

Tubuhnya yang basah mulai menggigil. Namun seakan mata air yang tak pernah terkuras, tangisannya tak pernah berhenti. Dia bersandar pada dinding dan memeluk kakinya erat.

"Kamu dimana..."katanya pelan tak berdaya.

Tiba tiba seseorang datang ke sana dengan tubuh yang sama basahnya. Bukan, bukan orang yang dia harapkan. Seseorang yang dulu dia benci kedatangannya, namun sekarang terasa lega dan aman setelah dia datang.

my lullabies | kdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang