"Doyoung udah pergi."
"Maksud Ayah?"
"Kamu harus ikhlas, Tuhan lebih sayang dia dari pada kita sayang sama dia."
"Apaan sih ayah, ngomong itu yang bener!"
"Dia gak ninggalin kamu sengaja, dia gamau kamu tau dia sakit. Doyoung itu gamau liat kamu nangis. Jadi sekarang cukup nangisnya. Life is still going on, Na. Kita gabisa stop disini aja. Cukup sedihnya, kita harus melangkah."
Alyna mengerutkan dahinya. Ia tak percaya Ayahnya mengatakan ini. Doyoung udah gaada? Gaada di sini? Gaada di dunia ini?
Alyna tertawa kecil. Dia merasa kebenaran ini terlalu berat dan tiba tiba. Dia baru sadar dari komanya untuk kedua kali, dan apa yang terjadi sekarang? Apa yang harus dia cerna terlalu aneh dan tak bisa dipercaya.
"Yah, gausah aneh aneh. Gamungkin! Doyoung bakal pulang kok bentar lagi, paling masih kuliah kan. Ayah ngomongnya ga bener! Masa bilang kaya gitu!"
Ayah Alyna memandang lekat putrinya yang kini sudah tak kecil lagi itu. Mereka bertatapan beberapa detik hingga Alyna tersadar apa yang Ayahnya katakan itu tak main main.
"Ayah.."katanya pelan.
"Gamungkin semesta sekejam itu sama Alyna."Ayah Alyna memegang kedua pundak Alyna. Ia sadar anaknya akan segera menggila.
"Ayah udah janji buat ga bikin kamu nangis terlalu lama. So help me to fulfill that promise, okay?"
Alyna menahan tangisnya.
"Kamu boleh nangis sekarang, tapi setelah hari ini udah cukup ya."
Alyna mengangguk dan duduk kembali. Ia memuaskan tangisnya hari ini, ia berharap dengan begitu ia akan bisa hidup bebas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
my lullabies | kdy
FanfictionAlyna seorang wanita yang mencari cara menyembuhkan insomnianya bertemu dengan Doyoung sang lullaby yang misterius. Apa yang terjadi di masa lalu, dan apa yang terjadi di masa sekarang harus Alyna kupas untuk menemukan jawaban dari tanyanya selama i...