Chapter 22

662 102 8
                                    

Udara mulai terasa sejuk. Dedaunan mulai berganti warna. Musim gugur telah tiba, menggantikan musim panas yang penuh cerita.

Hyunjin tengah duduk bersandar pada pintu kamarnya. Semuanya terasa berat membebani pikiran Hyunjin setelah ia merusak segalanya. Hyunjin tiba-tiba memutuskan pertunangannya dengan Heejin, tentu gadis itu tidak tinggal diam. Perusahaan keluarga Heejin memutus kerjasama hingga membuat saham perusahaan milik keluarganya anjlok. Berita tentang hal itu tersebar dan membuat keadaannya semakin terpuruk.

Hyunjin mengurung diri setelah ayahnya memarahinya habis-habisan. Ia sampai mengabaikan panggilan dari ibunya yang begitu khawatir dengan keadaannya. Tentu, ibunya akan merasa sedih mendengar kabar buruk yang diciptakannya ini. Bahkan, sudah lebih dari dua minggu sejak kejadian itu, ia tidak pernah kembali menjenguk Yeji. Bukan, bukan ia tidak peduli. Ia perlu menenangkan dirinya. Tidak mungkin ia muncul dihadapan Yeji dengan keadaan seperti ini. Tentunya ia juga masih merasa bersalah dengan kecelakaan yang menimpa gadis itu. Ia juga sangat penasaran, bagaimana keadaan Yeji sekarang?








°°°







"Pelan-pelan saja,"

Minhyun membantu Yeji bersandar di tempat tidur. Keadaannya sudah semakin membaik, walaupun ia masih berada di rumah sakit. Bahkan kini ia dapat tersenyum dan tertawa kembali, terutama ketika teman-temannya datang menjenguk, ia terlihat bahagia. Walaupun tidak bahagia seutuhnya, ia merasa ada yang kurang.

Minhyun mengawasi Yeji yang tengah menyantap sarapannya.

"Kak, aku sudah bisa makan sendiri," ucap Yeji sambil mengunyah.

"Sudah, kau makan saja. Aku akan tetap di sini,"

Yeji melanjutkan kegiatannya. Sejak dirinya sadar, Minhyun begitu ketat memperhatikan setiap pergerakan yang dilakukan Yeji. Apalagi ketika orang tuanya menitipkan kepercayaan pada Minhyun untuk menjaga adik perempuannya ini. Beberapa hari setelah Yeji tersadar dan kondisinya sudah membaik, orang tuanya kembali menjalankan kegiatan bisnisnya yang sempat tertunda. Oleh karena itu, seluruh tanggung jawab diberikan pada Minhyun.

"Kak, aku ingin pulang,"

"Dokter bilang kau bisa pulang besok,"

"Benarkah?" tanya Yeji dengan senyum sumringahnya.

Minhyun mengangguk dan mengusap puncak kepala Yeji.

"Makanya kau harus makan yang banyak,"

"Iya.. Iyaa.." jawab Yeji.

Ia tersenyum lalu kembali bersemangat untuk makan dan segera pulang dari sini. Ia merindukan rumahnya, teman-temannya, sekolah, dan.. Hyunjin. Senyumnya kembali luntur kala ia mengingat Hyunjin. Di saat teman-temannya menjenguk, yang selalu ia tunggu adalah Hyunjin, yang tak kunjung datang menjenguknya. Ia sangat merindukannya, ia ingin bertemu dengannya segera. Terlebih ketika berita tentang perusahaan keluarganya yang tersebar luas. Ia hanya ingin tau keadaan Hyunjin saat ini.

"Hyunjin, kau dimana? Kau baik-baik saja? Aku merindukanmu.."

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok yang selalu menjenguknya sampai saat ini.

"Oh Jeno, kau datang," sambut Minhyun.

Jeno tersenyum lalu menyerahkan sekantung buah-buahan untuk Yeji.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Jeno.

"Sudah lebih baik,"

"Bahkan besok sudah diizinkan untuk pulang," sahut Minhyun yang sedang sibuk menyiapkan buah untuk sang adik.

PROBLEMS | Yeji × HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang