Chapter 8

1.1K 151 19
                                    

Hyunjin merapikan seragamnya. Lalu ia membawa tasnya dan segera ke bawah. Ia melihat sang ayah sedang menikmati sarapannya. Hyunjin berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.

"Tuan, ini sarapannya," ujar Ny. Lim, asisten rumah tangganya, menyodorkan roti.

"Hmm tolong di bekal saja," jawab Hyunjin tersenyum.

"Baik Tuan," jawab Ny. Lim dan segera memasukan roti tersebut ke dalam kotak makan. Lalu memberikannya pada Hyunjin.

"Terima kasih Ny. Lim. Saya pergi dulu,"

"Baik Tuan, hati-hati dijalan," ucap Ny. Lim sambil membungkukan badannya.

Hyunjin berjalan melewati sang ayah yang sedang menatap padanya. Ia tidak berucap sepatah kata pun untuk pamit.

"Kalau kau tidak memperlakukan calon tunanganmu dengan baik, semua fasilitas akan dicabut, termasuk ponsel, kartu, dan kendaraan," ucap sang ayah yang membuat Hyunjin menghentikan langkahnya.

"Aku tidak pernah menyetujui pertunangan ini," jawab Hyunjin berbalik menghadap sang ayah.

"Jangan mempersulit keadaan, Hyunjin. Kau adalah pewaris tunggal perusahaan. Semuanya telah ditetapkan, ikutilah atau semua fasilitasmu dicabut," ujar Tuan Hwang beranjak dari tempat duduknya dan akan berangkat. Tuan Hwang menghampiri Hyunjin dan berkata,

"Dan jauhilah Hwang Yeji,"

Tuan Hwang mendahului Hyunjin yang masih terpaku di tempatnya.

"Sialan kau Jeon Heejin!" Hyunjin mengepalkan tangannya kuat.

Hyunjin dengan cepat melajukan motornya menuju sekolah. Hyunjin bingung apa yang harus dilakukannya. Ia tidak ingin bersama Heejin, tidak ingin bertunangan dengan Heejin, dan bahkan menikah nantinya. Tapi di satu sisi ia tidak bisa semudah itu merelakan fasilitas yang diberikan ayahnya dicabut begitu saja. Ia membutuhkan semua itu untuk memperbaiki hidupnya sekarang dan di masa depan.

°°°

Yeji berjalan menuju kelasnya bersama Jeno. Ya, mereka bertemu saat di gerbang.

"Sepertinya kau sedang bahagia," tebak Jeno menatap Yeji sedikit heran. Biasanya Yeji terlihat datar jika tidak ada sesuatu yang membuatnya harus tersenyum.

"Apa terlihat jelas?"

"Jarang sekali seorang Hwang Yeji menunjukan wajah cerianya,"

Oh benarkah? Sedingin itukah wajahnya? Yeji hanya tertawa mendengarnya. Sudah sering ia mendapatkan reaksi seperti itu.

Sesampainya di kelas, Yeji melihat teman-temannya sudah berkumpul di meja Yeji dan Lia. Ryujin, Chaeryeong, dan Yuna berada di kelas yang berbeda dengan Yeji dan Lia, namun kelimanya selalu menyempatkan waktu untuk kumpul bersama. Seakan tidak ada yang bisa menghalangi persahabatan yang telah terjalin selama 5 tahun ini.

Sama seperti Hyunjin. Ia memiliki sahabat setia seperti Lino dan Jisung. Ditambah kehadiran Felix membuatnya merasa lengkap. Hyunjin menganggap bahwa hanya merekalah yang mengerti bagaimana keadaan Hyunjin. Mereka selalu membantu Hyunjin memecahkan masalahnya, termasuk dengan Heejin.

"Apa dia gila?!?" seru Jisung mengungkapkan kekesalannya, "kau dan Yeji kan menjadi pasangan, lalu bagaimana bisa kau jauh darinya?"

"Hey hey, siapa yang mendapat masalah kenapa kau yang heboh protes?" ujar Felix menanggapi Jisung.

"Bagaimana tidak kesal? Dia terlihat bodoh!" Jisung menunjuk ke arah tembok di belakangnya, maksudnya merujuk pada Heejin.

Hyunjin memijat keningnya. Seperti biasanya, Jisung akan selalu seperti itu ketika mendengar sebuah masalah yang menimpa mereka atau salah satu dari mereka. Namun walaupun begitu ia tetap bisa diandalkan.

PROBLEMS | Yeji × HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang