30 • Akar Horizon

123 29 11
                                    

"Mari kita permudah semua urusan... Serahkan Logan Dirgantara, maka Xalazar dan dunia kecil kalian tidak akan kuhancurkan."

Nyonya Vela terpelanting ke belakang saat tubuhnya menerima pukulan Seastara dari luar kubah, bersamaan dengan abu hitam yang turun dari langit.

Wanita itu terbatuk dan berusaha bangkit berdiri, matanya menyapu sekitar dengan wajah pias.

Kubah pelindung lapisan terakhir berhasil dihancurkan.

Dari bawah sini, mereka dapat melihat para raksasa yang mulai berderap maju. Menghancurkan apa saja, meratakan apa saja.

"Mundur!" Profesor Argus berseru. "Semuanya mundur! Bersembunyi di ruangan bawah—Vespera!!"

Salah satu raksasa mengunci target, Bulk jelek itu mengambil batu besar dan melemparnya ke arah Nyonya Vela yang diam mematung di sana.

Batu itu meluncur cepat dan mengerikan, seperti meteor yang jatuh dari langit.

Namun sebelum batu itu meremukkan badan Nyonya Vela, seekor singa berkepala elang lebih dulu datang dan menghalau batu yang seukuran bukit itu. Akibatnya, beberapa Pendarah Kematian mati tertimpah.

Nyonya Vela dan semua orang yang ada di sana tertegun setelah melihat siapa yang duduk di atas hewan mitologi itu.

Apalagi ketika hewan itu membawanya terbang dan merobohkan tiga titan sekaligus dengan cakar-cakarnya.

Apalagi ketika hewan itu membawanya terbang dan merobohkan tiga titan sekaligus dengan cakar-cakarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Profesor Argus tersenyum lebar. Dia mengganti kalimat yang dia ucapkan beberapa menit lalu.

"Kita memiliki kesempatan! Semuanya merangsek maju!!"

Kedatangan Logan dan Chiayo, serta kalimat Profesor Argus yang lantang, membuat semangat mereka kembali menggebu-gebu.

Semua guru dan siswa tahun terakhir dan tahun kedua yang tersisa mengambil bagian di bawah, sedangkan Logan dan Chiayo, mereka menyerang dari atas.

"Astaga!"

Selina, Hadar, Hera, dan Octan baru saja tiba setelah berlarian keluar Hutan Nyepi.

Benar apa kata Logan, ini lebih buruk dari sebuah perang.

"Ayo, bantu yang lain!" Hadar berseru setelah mengambi sebilah kayu dan memotongnya, menyisakan bagian runcing seperti tombak.

Mereka kembali berlari memasuki medan pertempuran, membantu melawan pasukan Pangeran Kegelapan yang tiada habisnya.

Mungkin, hanya mereka berlimalah siswa tahun pertama yang mengikuti perang hidup-mati yang sebenarnya.

Atau setidaknya, sampai peperangan ini semakin sengit.

"AGHHK!"

Hera menoleh di sela pertempurannya karena mendengar teriakan itu, matanya membulat sempurna.

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang