31 • Bulan Berdarah dan Seorang Pembunuh

101 26 18
                                    

Kent mengikuti langkah Solar yang mulai melambat. Mereka kemudian memasuki sebuah rumah kayu kecil yang terletak di bagian Timur Laut Antrum.

Setelah perseteruan mereka dengan para penjambret beberapa jam lalu, kini keduanya pergi ke suatu tempat.

"Siapa lagi yang kau ajak kali ini, Dirgantara?" Seseorang bertanya setelah mereka melewati ambang pintu. "Apa kau tidak sadar jika rumah ini semakin sempit saja?!"

Kent terperangah saat itu juga. Bukan karena kalimat menyebalkan orang tadi.

Tapi terperangah pada desain interior rumah ini.

Bagaimana tidak, jika pada bagian luar tempat ini hanyalah rumah kayu kecil yang mengerikan, maka pada bagian dalamnya ini lebih dari cukup untuk disebut tempat tinggal.

Dinding bata yang terbalut cat abu pudar terlihat serasi dengan berbagai lukisan yang terpajang di sana. Ada beberapa lampu tempel di setiap sudut, juga sebuah foto besar di tengah ruangan.

Dia pernah membaca buku permulaan soal Seastara Manipulasi Ruang. Mungkin itu berlaku untuk hal ini juga.

Kent berjalan melewati kedua orang itu yang masih berdebat. Berhenti di depan foto besar dan matanya melebar saat itu juga.

"Mega Magellanic..."

Perdebatan kedua orang itu berhenti, mereka menatap Kent yang kini menatap mereka balik.

"Apa ini markas Mega Magellanic?"

Solar tersenyum bangga dengan tingkat kepekaan Kent, dia menatap orang yang belum diketahui namanya itu sengit. "Lihat? Seperti kataku, dia jenius."

"Dia hanya menebak, bagaimana kau bisa bilang itu jenius heh?!"

Solar melambaikan tangan tidak peduli, dia merangkul Kent dan mengajaknya berkeliling rumah. Sekaligus mengenalkannya pada anggota Mega Magellanic yang lain.

" ....Jadi begitu. Avior saat ini sedang menyerang Xalazar."

"Dan Batu Bulan ada di sana? Sulit dipercaya."

Kent mengerutkan kening. Apa penjelasannya soal Logan, Batu Bulan, dan Lord Avior kurang jelas?

"Bukankah itu tidak mengherankan?" ujar Kent. "Maksudku, hei, Sang Persona Grata juga ada di sana bersama Batu Bulan."

Ucapan Kent barusan membuat keadaan menjadi sunyi. Solar yang hendak menyesap rokok elektriknya terhenti.

"S-Sang Persona Grata?"

Kent mengangguk. "Ya."

Solar berdiri dari duduknya, menatap anak laki-laki itu dengan tatapan yang sulit ditebak. "Siapa namanya?"

"Logan Dirgantara... dia teman sekamarku."

Seruan tertahan terdengar. Para Mega Magellanic menatap Solar yang masih saja terdiam.

"Astaga, Solar. Anak itu memiliki nama marga yang sama denganmu!"

"Apa si Logan itu keponakanmu?"

"Tidak mungkin!" Solar menunduk. "Alpha tidak pernah mengatakan hal itu pada kami..."

"Itu karena kau yang memutus hubungan dengan Alpha."

Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh. Laki-laki berkulit gelap tanpa rambut terlihat menyesap Mugos.

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang