12 • Di Ujung Tanduk

183 30 2
                                    

SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW PENULIS DAHULU SEBELUM MEMBACA

***

Siang ini, ruang kesehatan padat oleh siswa Xalazar dan beberapa dewan guru. Suara tangisan dan erangan terdengar bersahut-sahutan. Memenuhi langit-langit ruangan.

Para suster terlihat sibuk membawa nampan obat-obatan herbal. Berpindah dari satu ranjang ke ranjang lain. Siang itu pula, kegiatan belajar mengajar terhenti.

Pintu besar ruang kesehatan terbuka. Profesor Alpha, Nyonya Vela, dan Profesor Orakel terlihat memasuki ruangan. Suasana yang menegangkan itu berubah senyap, menyisakan suara langkah kaki ketiga dewan guru yang hendak berdiri di atas panggung lebar.

Semua perhatian kini tetuju kepada kepala sekolah Akademi Xalazar itu. Tatapan-tatapan menagih jawaban atas semua yang sudah terjadi menimpa akademi dapat Profesor Alpha lihat.

"Melihat semua kejadian ini, aku selaku Kepala Sekolah Akademi Xalazar, memerintahkan kepada seluruh siswa untuk tidak meninggalkan kastil. Kalian akan berbaris beratur dan didampingi oleh salah seorang guru untuk pergi ke kelas, atau kembali ke asrama. Yang terluka akan tetap di tempat, kalian akan mendapat perawatan hingga benar-benar pulih."

"Apa yang sebenarnya terjadi, Profesor?" Salah seorang siswa memotong.

Profesor Alpha terdiam. "Kalian bisa kembali ke asrama mulai sekarang."

"Tapi, Profesor..."

"SEKARANG!" Profesor Alpha berteriak.

Tak ada yang mengira jika Kepala Sekolah Akademi Xalazar akan berteriak seperti itu. Para siswa mulai meninggalkan ruangan kesehatan. Di depan sana, Profesor Ladon dan beberapa staf memimpin untuk setiap sembilan asrama.

"Semuanya... kecuali Logan, Hadar, dan Selina."

***

'Seorang siswa Akademi Xalazar tewas dan lima lainnya luka-luka, Hygiea Alpha tak becus jaminkan keselamatan siswanya'

Laki-laki berkemeja putih bergaris yang dipadukan jas hitam itu membanting koran harian ber-headline kurang enak untuk didengar. Dia memijat pangkal hidungnya sambil memejamkan mata.

Pintu ruang kerjanya tiba-tiba dibuka.

"Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?!"

Seorang laki-laki, yang usianya tiga tahun lebih muda, menunduk sambil menggenggam erat beberapa tumpukan dokumen. "Maaf, Tuan Leo. Aku buru-buru, kita baru saja mendapat surat dari Dewan Pimpinan Tertinggi."

Mendengar tiga kata terakhir, pria yang sedang bersandar di kursi putarnya itu langsung menegakkan badan. Dia menerima surat yang digulung rapi oleh pita merah, membuka dan langsung membacanya.

Tuan Leo terdiam di akhir kalimat. Air mukanya berubah cemas.

"Apa terjadi sesuatu yang buruk, Tuan?"

Tuan Leo menghela napas. Dia berdiri dan menatap asistennya. "Siapkan kudaku, panggil beberapa Ketua Umum Penjara Karazhan dan Penanggung Jawab Hygiea Alpha. Kita akan ke kastil Xalazar malam ini."

"Apa terjadi sesuatu yang buruk, Tuan Leo?" tanya asisten itu lagi.

Laki-laki yang baru saja meraup wajah letihnya itu terdiam. Dia menghela napas panjang.

"Berdoalah agar era kegelapan tidak kembali lagi."

***

"Profesor..."

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang