16 • Hutan Nyepi

176 30 3
                                    

SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW PENULIS DULU UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP

***

Selina duduk gelisah di kursinya.

Jari-jarinya mengetuk meja sambil berhitung dalam hati. Berharap yang ditunggu segera tiba sehingga kekhawatirannya mati.

Bukan karena siang ini kelas Profesor Ladon akan dimulai, melainkan karena alasan yang lain.

"Hai, Selina." Hera menyapa setelah tiba di kelas. Dibelakangnya Hadar terlihat.

Selina tersenyum, balas menyapa.

Syukurlah Hera baik-baik saja setelah topik percakapan mereka soal Profesor Ladon kemarin malam.

"Ah... Hera, Hadar, omong-omong apa kalian tadi bersama Logan dan Octan?" Selina ingat akan menanyakan hal itu. "Sedari tadi pagi aku tidak melihat mereka berdua."

Si kembar kompak menggeleng.

"Astaga!" Hadar menepuk dahi. "Satu menit lagi kelas akan dimulai. Profesor Ladon tidak akan melepaskan mereka berdua kali ini."

Selina menghela napas, menatap ke arah pintu yang terbuka. Ke mana sebenarnya mereka?

***

"LARI!"

Logan dan Octan berlarian kalang kabut.

Akar-akar pohon yang menjalar keluar tanah, ditambah jubah pelindung yang menjuntai hingga mata kaki memperlambat pelarian mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akar-akar pohon yang menjalar keluar tanah, ditambah jubah pelindung yang menjuntai hingga mata kaki memperlambat pelarian mereka.

Singa berkepala elang yang bisa terbang ini terus mengejar. Badan dan kekuatannya yang besar mampu merobohkan tiga pohon sekaligus. Membuatnya jatuh berdebum menghantam tanah.

Hewan itu memekik kencang karena gagal meraih mereka, lalu kembali terbang mengejar.

BRUK!

Logan berhenti berlari dan menoleh ke belakang.

Octan tersandung akar pohon, tubuhnya jatuh tengkurap dan berusaha berdiri kembali.

"Octan!" Logan berlari ke arah Octan.

Jantungnya seketika mencelus, matanya membulat. "AWAS DI BELAKANGMU!"

Singa berkepala elang itu sekarang berada di belakang Octan. Kaki-kakinya yang besar tertanam mengurungnya.

Hanya dalam sekali gerakan, singa berkepala elang itu bisa menelan Octan dengan mudahnya kapan saja.

Namun sebelum hewan itu melakukannya, Logan lebih dulu berlari mendekati Octan dan mengangkat kedua tangannya.

Dari sana memancar sinar putih-kebiruan, sinar itu melayang dan menyebar, melindungi mereka berdua seperti kubah transparan.

Paruh hewan itu akhirnya membentur kubah Logan, benturan itu menimbulkan suara yang menyayat telinga.

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang