23 • Panophtes Matahari Terbit

125 27 2
                                    

SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVAT, FOLLOW PENULIS DULU UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP

Terimajeno!

***

Di belakang jendela bulat yang tembus pandang ke seluruh Kota Xamosir, sebuah perundingan penting antara dua orang atas nama Xalazar dengan wali kota tengah berlangsung.

"Apa katamu?"

"Kami membawa peringatan padamu dan penduduk Xamosir." Profesor Orakel kembali mengulang ucapannya.

"Peringatan?" Wali kota tertawa. "Apa maksudmu peringatan?"

"Dengar, Fornax... Pangeran Kegelapan sudah memperlihatkan tanda-tandanya." Nyonya Vela menarik napas sebentar. "Dan kita tidak bisa menyangkal akan hal itu. Hygiea mengutusku bersama Enif untuk memperingatkammu juga penduduk Xamosir, kalian harus bersiap siaga untuk segala kemungkinan terburuk."

"Tapi bukankah..."

"Lord Avior tewas dua belas tahun yang lalu? Itu omong kosong!"

Profesor Orakel berjalan menuju jendela bulat, menatap keluar, tepatnya pada salah satu siswa tahun pertama Xalazar yang menjadi selebriti dadakan.

"Dia kembali setelah mengambil Seastara pada satu keluarga. Ibu dan Ayahnya tewas malam itu juga..."

"Anaknya?" Fornax mengerjap. "Bagaimana dengan anak mereka?"

"Dia selamat dan berhasil diamankan."

"Nah, itu bagus, bukan begitu?" Fornax berseru, membuat dua orang di ruangan itu bingung.

"Untuk memulihkan tenaga setidaknya Pangeran Kegelapan membutuhkan tiga Seastara, jika anak itu selamat dan saat ini masih hidup, Lord Avior bukanlah suatu ancaman sekarang."

Nyonya Vela menggeleng. "Fornax, kau tidak mengerti..."

"Apa lagi yang harus aku mengerti?"

Profesor Orakel mendengus. "Dia kembali dengan alasan Tiga Benda Pusaka!"

Fornax tertawa, lagi. "Ayolah, itu hanya mitos. Dikatakan begitu pada lagu pengantar tidur."

"Tidak, Fornax." Nyonya Vela berdiri. "Itu bukanlah mitos atau bahan lirik untuk lagu pengantar tidur. Anak yang selamat dari Pangeran Kegelapan, yang sekarang sedang bersama kami mengunjungi Xamosir... Dia tahu di mana lokasi Tiga Benda Pusaka itu, dia tahu di mana ketiganya disembunyikan."

Fornax terdiam setelah mendengar penjelasan dari Nyonya Vela.

Hingga pintu ruangan tempat mereka berunding tiba-tiba terbuka dari luar. Seorang siswa tahun pertama Xalazar terlihat setelahnya dengan wajah pias.

"Tuan Aldebaran?" Nyonya Vela mendekati Hadar, mata laki-laki itu terlihat berkaca-kaca. "Ada apa?"

"L-Logan, Nyonya Vela..."

Nyonya Vela terdiam sejenak, dia lalu berjalan keluar dengan cepat dan segera menuju padang rumput. Disusul Hadar dan Profesor Orakel.

Fornax masih terdiam di pijakannya. Dia tertegun setelah mendengar sebuah nama yang disebutkan anak laki-laki tadi.

"Logan."

***

Hera berdiri di samping Logan saat laki-laki itu berguman tidak jelas.

Selina, Octan, Hadar, dan beberapa orang lainnya juga berada di sana. Dalam sebuah balai kota yang memang diperuntukkan sebagai tempat rehat bagi pengunjung Xamosir.

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang