17 • Perginya Profesor McMagnetar

177 30 6
                                    

SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW PENULIS DULU UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP

***

"Maaf, aku harus memotong pembicaraan kalian yang serius ini."

Mereka berlima menoleh. Terkejut setengah mati, Selina bahkan tersedak buah pirnya sendiri.

Profesor Alpha, entah bagaimana kepala sekolah Akademi Xalazar itu sudah berdiri di samping meja mereka. Tak ada yang melihatnya datang.

"Boleh aku membawa Tuan Dirgantara sebentar?" Profesor Alpha tersenyum. "Aku janji akan mengembalikannya pada kalian sebelum petang."

Logan menelan ludah. Apa ini karena dia nekat pergi ke kandang hewan sebelah Utara?

Selina menatap kepergian Logan dan Profesor Alpha dengan cemas. Perempuan itu beralih menatap Hadar, Hera, dan Octan, berbisik pada mereka.

"Apa menurut kalian Profesor Alpha mendengar pembicaraan kita? Soal Chiayo dan Batu Bulan?"

Hera memutar bola matanya malas. "Tentu saja, Selina. Hygiea Sigrid Grimblehawk Alpha adalah Dionysus terhebat masa ini. Tidak ada yang tidak bisa ia lakukan."

"Tapi jika Profesor Alpha mendengar pembicaraan kita... bukankah dia akan melarang kita untuk mencari Batu Bulan karena berbahaya?"

***

Logan terdiam di tempatnya berdiri, memilin tangannya gugup.

Profesor Alpha menatap laki-laki itu lurus. Belum berbicara padanya sejak mereka berdua tiba di ruangan Profesor Alpha. Sepertinya, laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu menunggu Logan berbicara.

"A-aku minta maaf, Profesor." ucap Logan akhirnya.

"Kenapa kau meminta maaf, Logan?"

Logan mengangkat kepalanya, menatap Profesor Alpha. Secara tidak langsung, laki-laki itu meminta Logan mengungkapkannya sendiri.

"Karena aku sudah pergi ke Hutan Nyepi."

Lengang. Profesor Alpha terdiam di tempat duduknya.

Dia kemudian berdiri dari kursi dan berjalan ke depan Logan, menatap anak berusia tiga belas tahun itu.

"Aku rasa kau sudah tahu soal Sang Persona Grata, Logan."

Logan terdiam sejenak, sampai dia mengangguk. "Ya, Hera yang memberi tahuku."

Profesor Alpha mengangguk. "Aku rasa kau juga sudah tahu soal Pangeran Kegelapan yang mencarimu... Tapi ini bukan sekadar dia ingin menguasai Tiga Benda Pusaka, demi Janggut Merah bukan..."

Logan mengernyit, dia jadi terdiam.

"Kau tahu, bukan... jika seseorang mengambil Seastara dari orang lain, orang yang diambil Seastaranya itu akan mati?"

Logan mengangguk sebagai jawaban, Octan pernah mengatakannya saat mereka berada di Kota Talos.

"Menurutmu, kenapa kau tidak mati saat kejadian itu?"

Logan kembali terdiam. Kalimat Octan saat di Kota Talos terngiang di kepalanya.

"Dia-Yang-Tidak-Boleh-Disebutkan-Namanya berhasil mengambil Seastara Ibumu, Ayahmu... dan juga dirimu."

Itu benar. Jika Pangeran Kegelapan sudah mengambil Seastaranya dua belas tahun yang lalu, seharusnya Logan sudah mati. Tapi kenapa dia masih hidup sampai saat ini?

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang