SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW PENULIS DULU UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP
♡
***
"Tapi itu dulu, tidak ada yang perlu dicemaskan." Hadar menatap mereka satu persatu, dia tersenyum.
Selina mengangguk. "Lagipula, Profesor Alpha sendiri yang mengangkat Profesor Ladon menjadi guru Xalazar, bukan?"
"Yah, jujur meskipun wajahnya itu memang pantas untuk menjadi Pendarah Kematian."
Hera mendorong nampan makannya yang kosong. Dia berdiri dan menatap teman-temannya.
"Aku butuh udara segar." katanya, lalu pergi meninggalkan ruang pertemuan.
Logan menatap kepergian Hera. Perempuan itu bahkan sampai menubruk bahu orang lain karena berjalan sambil menunduk.
"Jangan cemaskan soal Hera, Logan." Hadar meneguk segelas airnya. "Dia berkata seperti itu karena masih belum menerima kematian Ibu kami."
Logan, Selina, dan Octan jadi terdiam. Menyiapkan hati untuk mendengar kisah kelam Si Kembar Aldebaran.
"Dulu, Regulus Ladon memanglah seorang Pendarah Kematian... Dia justru menjadi tangan kanan Pangeran Kegelapan, yang paling kejam dan dingin dari Pendarah Kematian lainnya. Saat itu, kami berdua masih berumur enam tahun.
"Aku dan Hera masih sangat kecil saat ladang kami dibakar habis-habisan, Pendarah Kematian mencari soal Tiga Benda Pusaka sampai ke desa kami. Ayah dan Ibu kami yang tidak tahu menahu soal Tiga Benda Pusaka itu menjadi korban. Ibu menerima kutukan Seastara dari Pendarah Kematian bernama Regulus Ladon, tubuhnya hilang bersama abu ladang kami. Dan Ayah harus kehilangan kedua kakinya karena tertimpa traktor.
"Beruntung sekali kami saat itu, Pimpinan Mega Magellanic datang dan menyelamatkan kami. Terlambat barang sedetik, Ayahku mungkin akan menyusul Ibu."
Lengang tercipta. Mereka bertiga tidak pernah tahu soal masa lalu kelam yang Hadar dan Hera lewati.
Logan menelan ludah, ternyata bukan hanya dia yang menderita dan dibayang-bayangi masa lalu.
"Karena kejadian itu, Hera berubah menjadi pribadi yang dingin, ketus, dan temperamental. Aku juga bersekolah di sini karena Hera. Dia bersikukuh ingin membalas perbuatan Regulus Ladon untuk Ibu. Tapi semua itu menjadi tidak mungkin saat Hera tahu bahwa Profesor Ladon adalah salah satu guru di Xalazar, orang kepercayaan Profesor Alpha, Pimpinan Mega Magellanic yang sudah menyelamatkan kami."
Hadar menghela napasnya. "Hera selalu meyakinkanku bahwa Profesor Ladon hanya berpura-pura menjadi guru di Xalazar, yang suatu saat akan kembali menjadi Pendarah Kematian dan berpihak pada Pangeran Kegelapan."
Hadar mengangkat kepalanya, memaksakan tersenyum. "Kalian jangan khawatir, aku akan kembali bicara pada Hera agar dia berhenti mencurigai Profesor Ladon."
***
Hera berdiri di depan lonceng besar, di gedung utama lantai teratas.
Dari atas sinj, Hera nyaris melihat seluruh daratan Xalazar yang luas. Pun tempat terbaik untuk melihat rembulan.
Malam ini langit begitu cerah. Awan berkabut tersapu bersih. Digantikan oleh hamparan bintang.
Perempuan itu menarik napas panjang.
Dulu dia, Hadar, Ayah, serta Ibunya suka menatap rembulan dan bintang-gemintang di teras depan rumah mereka. Membicarakan banyak hal. Tertawa. Membuat permohonan saat ada bintang jatuh. Menghitung jumlah bintang. Mengukir nama dengan menarik garis dari satu bintang ke bintang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)
Fantasia|| BOOK ONE OF XALAZAR'S ACADEMY SERIES || *** Halo siswa baru tahun pertama, selamat datang di Akademi Xalazar! - Hygiea Sigrid Grimblehawk Alpha, Kepala Akademi ©️®️ Parana oh Nana 2020 CERITA MASIH LENGKAP! Sebagian diprivate, follow dulu untuk m...