24 • Ledakan Beruntun

140 28 3
                                    

SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW PENULIS DILU UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP

Sekian terimajeno🙏

***

Di sisi lain, tempat paling tergelap di muka Bumi. Yang penuh dengan aura jahat dan hasrat benci.

Sebuah asap hitam dengan sinar ungu terlihat turun dari langit malam. Asap itu langsung bertransformasi menjadi manusia saat tiba di permukaan.

Seorang perempuan dengan rambut hitam ikal tengah berdiri. Jubah hitamnya terlihat bergerak saat dia mulai melangkah memasuki tempat itu.

Setelah sampai cukup dalam, terlihat seorang jubah hitam dengan dua tanduk di atas kepala.

Perempuan itu langsung berlutut pada Sang Persona Non-Grata yang berdiri membelakanginya.

"Aku tahu pekerjaanmu akan berhasil, wahai adik perempuan Ladon." Lord Avior berbalik dan mendekat, menatap Pendarah Kematian Empusa yang berlutut padanya.

"Mereka percaya begitu saja dan membiarkanku masuk." katanya yang masih dalam posisi seperti itu. "Pimpinan tertinggi dan departemen sudah berada di bawah kendaliku." lanjutnya.

"Bagus." Lord Avior kembali membelakangi Empusa. "Tidak sia-sia kau kujadikan sebagai pengganti kakakmu yang naif itu."

Dia kembali berdiri dan tersenyum lebar.

"Segera urus si Tua Bangka. Dia memperlambatku dalam urusan yang menjadi hak milikku."

"Sesuai keinginanmu, Tuan."

Empusa berbalik, tubuhnya berubah menjadi asap hitam dengan sinar ungu. Asap itu kembali mengudara di gelapnya malam.

Terbang ke suatu tempat.

***

Logan menatap belasan ranjang yang terisi tubuh beberapa warga Xalazar. Kepala laki-laki itu berputar dan menemukan Kent juga ada di antara mereka.

Dia mendekat dan menyentuh telapak tangan Kent yang belum berubah sejak dua hari lalu. Masih tetap keras seperti batu.

Rahang Logan mengeras. Kenapa tidak ada perubahan? Jadi, apa yang dilakukan Profesor Empusa selama dua hari terakhir?

Hera menoleh saat menangkap Logan tengah memisahkan diri, perempuan berambut sebahu itu berjalan mendekat ke arahnya. Memperhatikan Logan yang belum menyadari keberadaannya.

"Aku pikir kau akan mengerti kalimat Profesor Alpha, Logan."

Logan menoleh saat Hera mengatakan itu. Dia mengernyit bingung, "Kalimat? Kalimat yang mana?"

"Saat kita pertama kali menemukan tikus besar Profesor Ladon." Hera menghela napas setelah melihat ekspresi bingung Logan. "Astaga, Logan... Apa kau benar-benar lupa?"

Kernyitan di dahi Logan terpatri lebih dalam.

"Kau bisa menyembuhkanku dan menyembuhkan hidung Hadar yang patah, tentu kau juga bisa menyembuhkan mereka... Logan, kau ini Sang Persona Grata. Kau bisa menyembuhkan tidak hanya sebuah luka."

Logan terdiam. Dia tercengang untuk beberapa saat. Tentu saja, bagaimana dia bisa lupa?

Laki-laki itu kembali pada Kent. Menatapnya yang terbujur kaku.

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang