08 • Tiga Benda Pusaka

230 35 0
                                    

SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW PENULIS DAHULU

***

Siang ini, kelas kembali berjalan seperti biasanya. 'Statistika, Bilangan, Ruang dan Algoritma' menjadi makan siang bagi siswa tahun pertama. Nyonya Vela semangat menjelaskan berbagai persamaan, mencari nilai x.

Jika awalnya Logan haus akan ilmu pengetahuan, laki-laki tiga belas tahun itu mulai bosan akan pelajaran yang bahkan belum ada seminggu berjalan.

Pikirannya berlarian kemana-mana. Tak sama sekali memperhatikan Nyonya Vela. Soal batu itu, Pangeran Kegelapan, Sang Persona Grata, dan kedua orang tuanya. Ada banyak sekali yang ingin Logan tanyakan, tapi kepada siapa pertanyaan-pertanyaan ini harus dia ajukan?

"Tuan Dirgantara?" Nyonya Vela memanggil dari depan kelas.

Logan masih terdiam, tak mendengar jika Nyonya Vela sudah memanggilnya dua kali. Hingga Selina, yang duduk di samping Logan, menyikutnya. Laki-laki tiga belas tahun itu baru tersadar.

"Tuan Dirgantara, kau tidak memperhatikan pelajaranku." Itu bukan pertanyaan tentu saja.

Logan mengucap permohonan maaf dengan lesu. Cavis dan dua temannya tertawa di bangku paling kiri.

Selina mengangkat tangannya.

"Ya, Nona Moirai?"

Seolah tahu apa yang sudah Logan pikirkan beberapa menit yang lalu, Selina bertanya. "Nyonya Vela, apa kau tahu sesuatu soal Batu Bulan?"

Kedua mata Nyonya Vela terangkat beberapa inchi, dia memilin tangannya. Memandang siswa tahun pertama yang kini menatap antusias ke arahnya.

Nyonya Vela menghela napas. "Tentu saja aku tahu, Nona Moirai... Batu Bulan adalah salah satu dari Tiga Benda Pusaka di dunia. Ketiganya menawarkan kekuatan, keberanian, keabadian, dan kemenangan. Bersama-sama, ketiga benda pusaka itu mampu menaklukkan apa saja."

"Lalu di mana ketiga benda pusaka itu, Nyonya Vela?" Salah satu siswa bertanya, tidak sabar mendengar lebih lanjut.

"Tak ada yang tahu persis letak koordinatnya di mana," Nyonya Vela berjalan ke tengah kelas. "Menurut catatan sejarah, ketiganya terpisah. Boleh jadi terpisah ke berbagai arah yang amat berlawanan, boleh jadi disembunyikan di suatu tempat. Tidak ada yang tahu. Bahkan para penggeragas tak ada satupun yang mampu menemukannya."

Para penggeragas adalah sebutan untuk koloni manusia yang tamak. Merasa kurang cukup atas apa yang ia punya.

Selina kembali mengangkat tangannya. "Tapi Nyonya Vela... bukankah Batu Bulan ada di dalam kastil Xalazar?"

Nyonya Vela terdiam, matanya mengerjap. Beberapa siswa tahun pertama saling pandang dan berbisik mendengar kalimat Selina barusan. Benarkah Batu Bulan ada di dalam kastil Xalazar?

"Tidak ada yang tahu persisnya, Nona Moirai." Dia berjalan ke mejanya, merapikan buku-buku. "Koordinatnya selalu berubah, tidak tetap. Nah, kelas hari ini selesai..."

"Dan apa dua benda lainnya dari ketiga pusaka itu, Nyonya Vela?" Logan memotong, cepat bertanya.

Nyonya Vela kembali mengerjap. "Kelas sudah selesai, Tuan Dirgantara. Dan ketahuilah, aku hanya membahas Batu Bulan. Bukan yang lainnya."

"Tapi, Nyonya Vela..."

"Kalian boleh pergi sekarang!"

***

BATU BULAN [Logan Dirgantara] (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang