Chance (10)

9.8K 838 38
                                    

Author POV

Matahari sudah kembali menyinari bumi, seakan meningatkan manusia untuk kembali memulai aktivitasnya. Begitu pula dengan Jeonghan. Ia terbangun dengan pemandangan indah yang baru pertama kali ia lihat.

Wajah damai Seungcheol saat tidur. Ini kali pertama baginya melihat Seungcheol dengan jarak sedekat ini.

Kembali kepada perannya sebagai istri, Jeonghan bangun dan segera mandi, walaupun ini adalah hari minggu. Setelah mandi, dia turun kebawah untuk mengambil air hangat dan juga menyiapkan obat pereda sakit kepala untuk Seungcheol.

"Aku letakan disini saja." Jeonghan bermonolog di depan Seungcheol yang masih memejamkam matanya.
"Ah, aku lupa minum obat kemarin malam. Pantas saya kepalaku masih pusing, aish....aku ceroboh sekali!" Ucap Jeonghan yang lagi-lagi bermonolog sebelum meninggalkan kamar.

Seungcheol membuka matanya, ia tersenyum sejenak setelah mendengar gerutuhan dari Jeonghan. Ia segera meminum pereda sakit kepala yang sudah di siapkan oleh Jeonghan dan segera turun kebawah untuk sarapan.
.
.
Jeonghan sedari tadi membantu ibu mertuanya untuk menyiapkan sarapan. Pusing di kepalanya tak kunjung pergi. Ia menahan pusing itu karena pekerjaannya belum selesai.

"Jeonghan, kemari sebentar nak, eomma butuh bantuan mu." Ucap Yoona.

"Nde,eomma." Ucap Jeonghan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Namun sayang, pergerakannya terlalu cepat hingga membuat tubuhnya tidak stabil, ditambah sakit kepala yang menjadi-jadi. Dia hampir saja jatuh kebelakang.

DUK.

Seungcheol disana. Tepat di belakang Jeonghan dan megang pinggang Jeonghan.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Seungcheol.

"N-nde, aku tidak apa-apa." Ucap Jeonghan yang langsung menegakkan tubuhnya.

"Aigoo...kau masih sakit Jeonghan. Jangan paksakan tubuhmu. Seungcheol, bawa Jeonghan naik, biar eomma buatkan bubur untuknya." Ucap Yoona yang langsung pergi ke dapur.

Tanpa aba-aba, Seungcheol langsung mengangkat Jeonghan. Mereka berdua sama sekali tidak membuka pembicaraan, masing-masing sedang mengatur detak jantungnya.

Seungcheol meletakan Jeonghan di atas kasur, sedangkan dia duduk di ujung ranjang.

"Maaf." Ucap Seungcheol.

"Untuk?" Tanya Jeonghan.

"Kau pasti kerepotan mengurusku yang mabuk kemarin." Ucap Seungcheol yang menundukan kepalanya.

"Tidak masalah." Ucap Jeonghan sambil tersenyum.
"Tapi, kau...sudah tidak apa-apa?" Tanya Jeonghan dengan ragu.

Seungcheol mengangkat kepalanya. Dia pun tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Aku tidak apa-apa. Menangisinya tidak akan merubah apapun kan?" Ucap Seungcheol dengan senyum mirisnya.

"Ah..aku juga berterima kasih padamu, karena kemarin kau sudah menemaniku. Juga terima kasih karena sudah mengobati luka ku." Ucap Seungcheol.

"Iya tidak apa-apa. Eh, tunggu...kau ingat kejadian kemarin?" Tanya Jeonghan yang membuka lebar matanya.

"Tentu, 4 botol soju hanya membuatku mabuk, tidak membuatku lupa akan apa yang terjadi." Ucap Seungcheol yang tak bisa menahan senyumannya karena reaksi Jeonghan sangatlah lucu.

"Ka..kalau begitu..mengenai tidur..."

"Aku serius tentang itu. Kau harus tidur di kasur ini mulai sekarang. Aku pernah coba tidur di sofa itu dan itu sangat sempit. Tubuhmu bisa sakit jika tidur di sofa terus-terusan." Ucap Seungcheol.

Their Story -Jeongcheol-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang