Love Prt.2 (14)

8.7K 769 9
                                    

Author POV

Setelah selesai makan dan sedikit berbincang, akhirnya Jisoo dan Seokmin pun harus pulang karena hari sudah semakin malam.

"Bye bye Hannie! Kapan-kapan datang kerumah Jieun, ya!" Teriakan balita berusia 3 tahun itu yang menjadi penutup bagi mereka.

Teriakan dari Jieun menjadi penutup bagi pertemuan keluarga Lee. Sekarang, dirumah itu hanya menyisahkan Jeonghan dan Seungcheol yang sedang asik dengan pikiran mereka masing-masing, membuat rasa canggung mendominasi diantara mereka.

"Emm...Cheol kau sudah mandi?" Tanya Jeonghan dengan kaku.

"Belum..." Ucap Seungcheol yang tidak kalah kaku.
"Aku siapkan air hangat untuk mu mandi ya?" Ucap Jeonghan yang di balas dengan anggukan Seungcheol. Jeonghan pun segera naik ke atas untuk menyiapkan air untuk Seungcheol.

.

.

Sudah sekitar 30 menit, Seungcheol belum keluar dari kamar mandi. 15 menit dia gunakan untuk membersihkan tubuhnya, 15 menitnya lagi dia gunakan untuk berpikir. Bagaimana mengatakan perasaanya kepada Jeonghan? Seungcheol terus jalan kesana kemari, namun tak satupun kalimat terangkai.

"Ah lupakan, aku bicara spontan saja."Ucap Seungcheol yang sedikit berlari untuk membuka pintu kamar mandinya.

BRUK
"Cheol? Cheollie? Itu suara apa?" Jeonghan terdengar panik karena mendengar suara tersebut. Dia mengetuk pintu kamar mandi, namun tidak mendapat respon. Diapun akhirnya membuka pintu dan melihat Seungcheol yang sedang terduduk dan meringis sakit, baju putih tipis dan celana hitam yang dia kenakan kembali basah karena terpeleset di kamar mandi.

"Kau kenapa? Kenapa bisa terpeleset? Ada yang sakit?" Seungcheol dihujani pertanyaan oleh Jeonghan karena dia terlalu panik.

"Tidak apa-apa, tapi bisa tolong bantu aku bangun, Jeonghan? Pinggangku sakit." Ucap Seungcheol yang disanggupi oleh Jeonghan.

Jeonghan membantu Seungcheol dan membawanya duduk di sofa yang ada di kamar mereka, kemudian Jeonghan mengambil pakaian ganti untuk Seungcheol.

"Kau ganti baju dulu ya, aku ambil obat dulu." Ucap Jeonghan yang langsung bergegas mengambil kotak obat untuk Seungcheol.
.

.

"Lenganmu lebam, Cheollie..." Ucap Jeonghan yang mengoleskan obat di bagian lengan Seungcheol.

Seungcheol sedikit meringis karena sakit yang dia rasa.

"Sakit?" Tanya Jeonghan yabg dibalas dengan anggukan Seungcheol.
"Maaf.... aku akan pelan-pelan." Ucap Jeonghan lagi.

Jarak antara mereka tidak terlalu jauh, namun fokus yang mereka lihat berbeda. Jeonghan fokus dengan lebam yang ada di lengan Seungcheol, sedangkan Seungcheol fokus dengan wajah Jeonghan. Jantungnya berdetak kencang membuatnya sering mengeluarkan nafas berat guna mengatur detak jantungnya.

"Jeonghan.."

"Ya?"

Jarak antara mereka kian menipis karena Jeonghan menoleh ke arah Seungcheol. Sekarang Sungcheol tak sendiri, jantung Jeonghan juga berdetak saat menatap mata Seungcheol, tatapan teduh yang membuat candu. Mata Jeonghan bergerak gelisah karena dia belum pernah berada dalam situasi ini sebelumnya.

"A-aku haus, aku kedapur sebentar ya..." Ucap Jeonghan yang berhenti menatap Seungcheol dan berdiri.

Namun tangan Seungcheol berhasil mengangkap jemari Jeonghan sebelum Jeonghan pergi.

"Jeonghan...bisakah kita seperti ini sebentar?" Ucap Seungcheol yang tak berhenti menatap Jeonghan sedari tadi.

Dengan suaranya yang rendah namun menenangkan, mampu membuat Jeonghan kembali duduk menghadapnya.

Wajah Jeonghan terlihat bingung, tegang, dan menggemaskan. Setidaknya itu ekspresi yang dapat di tangkap oleh Seungcheol sekarang, membuat Seungcheol tidak bisa menahan senyum di bibirnya.

"Bagaimana bisa kau semenggemaskan ini, Jeonghan?" Ucap Seungcheol yang mengusak rambut Jeonghan. Jeonghan masih diam karena jantungnya berdetak semakin cepat.
"Jangan tampilkan ekspresi mu seperti ini pada orang lain, cukup aku saja." Ucap Seungcheol yang sekarang sedang merapihkan rambut Jeonghan.

"Aku terdengar egois ya? Setelah menyakitimu, sekarang aku ingin mendapatkan semua perhatianmu." Sentuhan Seungcheol turun ke jemari Jeonghan yang terasa dingin.

"Jeonghan-ah... maafkan aku, karena pernah menyakitimu. Dan terima kasih, karena kau tetap bersamaku." Seungcheol mengelus lembut punggung tangan Jeonghan dengan ibu jarinya. Matanya masih menatap mata Jeonghan yang mulai berkaca.

"Dulu kau bilang... kau mencintaiku, tapi aku mengabaikannya begitu saja. Sekarang, jika aku meminta perasaan itu kembali, maukah kau memberikannya padaku, Jeonghan?" Jeonghan menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Air mata yang tadi terbendung, akhirnya jatuh juga.

"Bodoh...
Tanpa kau memintanya pun...
Hatiku memang sudah milikmu, Cheollie."

Seungcheol tersenyum, dia memeluk Jeonghan untuk pertama kalinya, dan membuat Jeonghan menangis untuk kesekian kalinya. Namun yang membedakan adalah, tangisan hari ini bukanlah tangisan kesedihan, namun tangis kebahagiaan.

"Maafkan aku, karena membuatmu menunggu..." Ucap Seungcheol. Jeonghan akhirnya membalas pelukkan Seungcheol.

Jeonghan menyukai hangat yang diberikan Seungcheol, dari pelukan itu seakan menandakan Seungcheol akan selalu melindunginya dan selalu ada untuknya.

Seungcheol melepas pelukannya dan memandangi wajah Jeonghan yang terlihat mengemaskan. Matanya dan hidungnya yang memerah karena menangis.

Seungcheol tersenyum menampilkan deret giginya yang rapih dan juga lesung pipinya. Seungcheol memberi kecupan pada kedua mata Jeonghan dan meletakan kedua telapak tangannya di pipi Jeonghan.

"Saranghae...Jeonghan." Ucap Seungcheol. Dia kembali memeluk Jeonghan dengan penuh kasih.

Jeonghan tidak menjawab, karena dia kembali menangis haru. Tapi tak apa, Seungcheol mengerti. Tanpa kata-katapun Seungcheol mengerti, bahwa Jeonghan selalu mencintainya.








Their Story -Jeongcheol-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang