Hurt (20)

8.9K 699 10
                                    

Author POV

BUG BUG BUG!!

entah sudah keberapa kalinya Seungcheol meninju dinding toilet. Sampai tangannya berdarah pun, Seungcheol tak berhenti melakukan itu. Dia merasa, luka di tangannya tak sebanding dengan apa yang Jeonghan alami sekarang.

Iya, beberapa saat yang lalu dokter baru saja mengabari keadaan Jeonghan saat ini. Jeonghan mengalami pendarahan di bagian kepalanya, cidera parah di bagian pergelangan kaki kirinya, luka-luka ringan, dan beberapa luka memar pada tubuhnya juga tangannya.

'Kenapa harus Jeonghan yang terluka karena kesalahan ku sendiri?'

Kata-kata itu yang selalu terputar di pikirannya.

Seungcheol hampir saja meninju dinding itu lagi, dan kembali melukai tangannya, namun Seokmin datang dan menahannya.

"Joo Hyun eommonim baru saja mendonorkan darahnya untuk Jeonghan. Secepatnya Jeonghan akan melakukan transfusi darah. Ayo keluar, yang lain juga mengkhawatirkanmu." Ucap Seokmin.

Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Seungcheol, namun hatinya sedikit lega mendengar kabar tersebut.

Seungcheol menghampiri keluarganya dan kemudian menceritakan apa yang terjadi pada Jeonghan dengan sesekali mengepalkan tangannya, membuat luka di tangan kanannya mengeluarkan darah akibat menghantam dinding tadi.

Soonyoung yang ada di sebelah kanan Seungcheol pun melihat dan melepas kepalan tangan Seungcheol.

"Jeonghan hyung tidak suka melihat seseorang mengepalkan tangannya seperti ini, hyung." Ucap Soonyoung yang berbicara sambil membuka kepalan tangan Seungcheol.

Tak lama, Soonyoung pun memanggil suster untuk menangani luka yang ada di tangan kanan Seungcheol.
.

.

Setelah tangan kanan Seungcheol sudah di obati dan di perban, ia dan Soonyoung kini sedang berdiam di taman yang ada di rumah sakit.

"Kenapa kau tidak memukulku, Soonyoung?" Ucap Seungcheol yang membuka pembicaraan, namun sama sekali tak menatap lawan bicaranya.

"Memukul orang yang telah membuat hyungku kembali bahagia? Bagaimana bisa aku melakukannya." Ucap Soonyoung yang sedikit tersenyum.

"Tidak Soonyoung, bagimana bisa aku membuatnya bahagia? Aku selalu menyakitinya." Ucap Seungcheol yang semakin menundukkan kepalanya.

"Kau tahu? Dulu aku juga pernah mengatakan hal yang sama kepada Jeonghan hyung. 'Dia selalu melukaimu, hyung!' Begitu kataku." Ucap Soonyoung.

"Kau tau apa jawabannya?
Dia bilang, kau memang selalu membuatnya sedih dulu, tapi sekarang, kau adalah sumber kebahagiaannya, kaulah alasan dia tersenyum." Ucap Soonyoung yang menatap langit malam, berharap air matanya tak jatuh.

"Ku pikir dia mengatakan itu, agar aku tidak membencimu lagi. Tapi melihat mu yang datang ke toko hyung dan membuatnya tertawa, saat kau datang kerumah dan terus menggodanya hingga wajahnya memerah, ku pikir kau memang mencintainya." Soonyoung sudah menyerah, dia membiarkan air matanya menetes.

"Terima kasih, Soonyoung. Walapun aku tak bisa menjaganya saat ini, tapi aku janji padamu, aku akan menjaganya." Ucap Seungcheol.

"Aku percaya padamu, hyung."
.

.

.

Transfusi darah yang di lakukan pada Jeonghan berhasil. Sekarang Jeonghan sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Tubuhnya sedikit menhalami demam karena efek samping dari transfusi darah itu, namun beruntungnya demam itu sudah menurun.

Seungcheol masuk kedalam ruangan yang Jeonghan tempati, dengan Jeonghan yang masih tak sadarkan diri, kepala yang di perban dan kaki kanannya yang di perban. Seungcheol duduk di kursi yang berada di sebelah kasur Jeonghan.
Dia menggengam tangan kanan Jeonghan yang selalu pas dalam genggaman tangannya.

Sesekali mengusap dengan ibu jarinya dan memberikan kecupan dalam pada punggung tangan Jeonghan yang terlihat lebih pucat dan lebih hangat dari pada biasanya.

"Hai,Hannie..." Seungcheol tersenyum tipis, menatap Jeonghan yang masih memejamkan matanya dengan matanya yang sedikit bengkak.

"Aku terlihat sangat berantakan ya sekarang? Maaf aku menemanimu dengan tampilan yang seperti ini." Ucap Seungcheol, seolah Jeonghan akan menanggapinya, namun tak ada tanda-tanda bagi Jeonghan untuk membuka matanya.

"Hari ini aku tidak masuk kerja, aku sudah bilang pada appa. Hari ini aku menemanimu sepanjang hari...."

Tangan Seungcheol kini beralih pada pipi Jeonghan.
"Dalam keadaan seperti inipun, kau masih terlihat indah..."

"Tapi kau lebih indah saat pipimu bersemu saat aku menggodamu. Bibirmu melengkung keatas saat aku mengabulkan kemauanmu." Ucap Seungcheol, tanpa di sadari, air matanya lagi dan lagi menetes tanpa izinnya.

"Sial! Aku tidak boleh menangis!" Ucap Seungcheol yang menghapus air matanya, namun air matanya semakin bercucuran.

"Hannie, aku... aku sangat merindukanmu..
Kita akan pergi ke Aquarium lagi jika kau ingin. 2x, 3x, aku tak masalah, aku akan menemanimu, tapi ku mohon...
Kumohon bangunlah."

Seungcheol tak tau harus berbuat apa,
Yang bisa dia lakukan hanyalah berharap,
Berharap semua ucapan yang keluar dari mulutnya dapat di dengar oleh Jeonghan,
Berharap sentuhan yang di berikannya dapat di rasakan oleh Jeonghan,
Namun tak ada satupun harapan yang terkabul.

Their Story -Jeongcheol-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang