Love (11)

9.6K 851 32
                                    

Author POV

"Jeonghan, mau nonton bioskop bersamaku?"

"Jeonghan, kudengar ada restoran yang baru buka, mau makan malam disana bersama?"

"Jeonghan, mau ke taman bersamaku?"

Dan masih banyak lagi. Ajakan-ajakan Seungcheol yang selalu di terima Jeonghan tanpa butuh waktu lama. Seungcheol serius dengan perasaanya kali ini. Dia dulu memandang Jeonghan dengan buruk, namun setelah sering pergi bersama, Seungcheol baru tau bahwa Jeonghan adalah seorang yang sangat hangat, pengertian, juga pendengar yang baik. Dia tentunya menggunakan kesempatan kedua ini dengan baik, dia ingin mengetahui Jeonghan lebih.

Begitu juga dengan Jeonghan, ia sangat senang dengan perubahan Seungcheol, dia terkadang pergi ke kantor Seungcheol untuk mengantarkannya makan siang, terkadang juga  Jeonghan makan siang bersama di kantor Seungcheol. Cinta yang selama ini Jeonghan pikir tidak akan pernah ia terima dari Seungcheol, yang selama ini hanya menjadi harapannya akhirnya menjadi kenyataan.

Seungcheol sedang dalam perjalanan menuju Toko Joyonghan, dia belum pernah masuk kedalam toko itu, dia hanya sekedar mengantar Jeonghan dan itupun jarang. Jadi ia merencanakan makan siang di sana saja.

~Kring kring~
Menandakan ada seorang pelanggan yang masuk kedalam toko yang memiliki nuansa vintage itu.

"Selamat dat-oh, Seungcheol hyung!" Ucap Wonwo yang terkejut.
"Hai, Wonwoo." Ucap Seungcheol yang melambaikan tangannya.

"Mencari Jeonghan hyung?" Tanya Wonwoo yang di balas oleh anggukan Seungcheol.

"Jeonghan hyung ada di ruangannya,hyung." Ucap Wonwoo.

"Baiklah, terima kasih. Ah iya, ini untukmu." Ucap Seungcheol yang memberikan kotak makan yang baru dia beli tadi.

"Ah, terima kasih hyung." Ucap Wonwoo yang menerima kotak makan itu.

Seungcheol mengganggukan kepalanya dan kemudian dia jalan menuju rungan Jeonghan.

Pintunya ruangan Jeonghan tidak tertutup rapat. Seungcheol sedikit melebarkan cela pintu itu. Dia melihat Jeonghan yang sedang melukis, sambil bersenandung ria dan sekali kali menyelipkan rambut coklat keemasannya kebelakang telinga karena rambutnya mulai sedikit panjang.

Seungcheol hanya mematung disana, melihat keindahan baru yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Pernahkah Seungcheol mengatakan bahwa Jeonghan jadi semakin mengemaskan saat seperti ini?

Jeonghan yang menyadari ada seseorang yang melihatnya pun mengalihkan pandangannya, yang ternyata orang itu adalah Seungcheol. Tatapan mereka bertemu. Seungcheol yang terdiam karena memandang keindahan Jeonghan, menjadi semakin membisu dan jantungnya berdetak cepat. Tatapan mata Jeonghan terlalu memikat.

Jeonghan tersenyum melihat Seungcheol yang tak bisa mengalihkan pandangan darinya.

"Mau coba?" Tanya Jeonghan yang mengarahkan kuas kearah Seungcheol.

Seungcheol mengedipkan matanya berkali-kali, sebelum akhirnya jalan mendekati Jeonghan dan meletakan kotak makan itu.

"Aku tidak pernah menggambar sebelumnya. Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan?" Tanya Seungcheol yang sedang melihat hasil karya Jeonghan.

"Tak apa, aku bisa memperbaikinya jika kau salah. Sini duduk." Ucap Jeonghan yang kemudian bangun dari duduknya dan mempersilahkan Seungcheol duduk.

Jeonghan mengajarkan Seungcheol bagaimana melukis dengan baik, walaupun hanya sedikit. Karena kunci dari melukis adalah kesabaran, sedangkan Seungcheol bukanlah tipe seorang yang sabar.
"Ah, aku tidak bisa melakukan ini lagi. Aku tidak cukup sabar untuk melukis." Ucap Seungcheol yang membungkukkan badannya kedepan.

Jeonghan hanya tertawa melihat wajah Seungcheol yang kelelahan. Padahal dia hanya melukis bagian kecil saja.

"Tertawa? Bisa bisanya kau tertawa saat aku sedang menahan emosiku?" Ucap Seungcheol yang mendongakkan kepalanya keatas, melihat wajah Jeonghan yang terlihat senang.

"Dasar... bagaimana bisa wajahmu terkena cat? Kau menggunakan wajahmu untuk melukis?" Ucap Seungcheol yang menghapus bekas cat di dagu Jeonghan dengan jemarinya.

"Tentu tidak. Cat di wajahku menandakan aku adalah seorang seniman." Ucap Jeonghan dengan senyumnya.

"Benarkah? Kalau begitu aku tinggal mengoleskan cat di wajahku, aku tak perlu belajar melukis seperti tadi jika menjadi seorang seniman semudah itu." Ucap Seungcheol yang berdiri menghadap Jeonghan dan melipat tangannya.

"Eumm...seperti ini maksudmu?" Ucap Jeonghan yang mengoleskan cat kewajah Seungcheol.

"Yak! Choi Jeonghan! Sini kauu!" Ucap Seungcheol yang sudah siap mengoleskan cat kewajah Jeonghan dan melupakan kotak makan yang sudah dibawanya tadi.

Soonyoung disana. Melihat adengan romantis yang awalnya ia yakin tak akan pernah terjadi di antara Seungcheol dan Jeonghan.

Dia senang melihat hyungnya tersenyum bahagia seperti itu, tapi dia juga ingin tahu tentang keseriusan Seungcheol.
.

.

'Halo'

'Halo, kau sudah sampai kantor?'

'Sudah, baru sampai. Kau sedang apa?'

'Membersihkan wajahku yang penuh
Cat tentunya.'

'Kkk~ nanti ingin pulang bersama?'

'Eumm..boleh. sepertinya Mingyu
Ada pemotretan hari ini. Jadi dia
Tidak bisa menjeputku dan Wonu.'

'Baiklah... aku tutup dulu.
Sampai jumpa nanti.'

'Eum~ bye bye~'

Seungcheol mematikan panggilan telponnya bukan tanpa alasan. Karena di dalam ruangannya sudah ada seseorang yang menunggu. Seseorang yang pernah memukulnya beberapa bulan yang lalu. Soonyoung.

"Ada apa kau kemari, Soonyoung?" Tanya Seungcheol yang duduk dihadapan Soonyoung.

"Kau mencintainya?" Ucap Soonyoung tanpa basa basi lagi, sedangkan Seungcheol masih terdiam.

"Kumohon jangan jadikan hyungku sebagai pelampiasan! Aku sudah bilang padamu, jika kau tidak benar-benar mencintainya, ceraikan saja Jeonghan hyu-"

"Aku mencintainya." Ucap Seungcheol.

Soonyoung terdiam sejenak. Berusaha mencerna apa yang baru Seungcheol katakan.

"Aku mencintai Jeonghan. Aku tidak menggunakannya sebagai pelampiasan. Dan aku tidak akan menceraikannya."

"Jadi ku mohon Soonyoung, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ku buat. Berikan aku kesempatan untuk membahagiakan Jeonghan."

Their Story -Jeongcheol-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang