Author POV
Ini sudah memasuki bulan ke 2 semenjak mereka berdua menikah. Jeonghan tinggal bersama Seungcheol di rumah megah milik keluarga Choi ini. Yoona yang memintanya, karena dia sangat menyukai Jeonghan, ditambah lagi Yoona sangat tidak suka jika rumah megahnya itu terasa sepi. Hal itu disanggupi oleh sepasang suami-istri ini.
Sudah 2 bulan juga Jeonghan tidur di kamar yang sama dengan Seungcheol, walaupun Jeonghan tidur di sofa.
Rutinitas Jeonghan semenjak menjadi istri dari penerus utama Choi Corporate adalah, bangun jam 6 pagi, membersihkan dirinya, menyiapkan pakaian Seungcheol, menyiapkan air hangat untuk Seungcheol mandi, pergi kedapur untuk membantu ibu mertuanya, membuatkan sarapan dan juga bekal untuk suaminya dan jika ada waktu luang, biasanya dia akan pergi ke tokonya.
Oh iya, walaupun rumah keluarga Choi ini besar,dan memiliki beberapa pelayan. Soal masak memasak selalu di pegang oleh Yoona dan juga Jeonghan sekarang, dan pelayan itu hanya akan datang di pagi hari untuk membersihkan rumah, walaupun rumah itu selalu terlihat rapih.
Dan mengenai aktivitas Jeonghan, awalnya Seungcheol terganggu dengan itu, namun seperti yang Jeonghan katakan, dia hanya ingin menjalankan perannya sebagai seorang istri, jadi Seungcheol sudah terbiasa dengan kebiasaan Jeonghan, bahkan bisa dibilang, jika Jeonghan tidak menyiapkan semua keperluannya, ia akan merasa.... kehilangan?
Pagi ini, sudah seperti biasa keluarga Choi sarapan sebelum mereka melakukan aktivitas mereka masing-masing. Dan sudah biasa juga, Jeonghan duduk bersebelahan dengan Seungcheol dan mengambil roti untuk Seungcheol.
Seperti biasa, keluarga Choi ini akan menceritakan tentang aktivitas yang telah di lakukan mereka, dan yang akan mereka lakukan selanjutnya, ditambah juga dengan canda tawa.
"Seungcheol, Jeonghan. Kapan kalian akan memberikan eomma cucu?" Tanya Yoona dengan senyum manisnya.
Pertanyaan itu membuat Seungcheol diam seribu bahasa dan Jeonghan terserdak.
Jangan salahkan Yoona, salahkan saja mereka berdua yang selalu pura-pura saling mencintai saat berada di depan orang tuanya.
"Aish,hyung... minum ini." Ucap Mingyu yang memberikan segelas air kepada Jeonghan.
"Terima kasih Gyu. Ehem... mengenai anak, sepertinya aku belum siap appa,eomma." Ucap Jeonghan.
"Kenapa begitu nak?" Tanya Siwon.
"Emm.. Seungcheol dan aku sama sama sibuk, dia sibuk dengan urusan kantor dan aku sibuk dengan tokoku. Aku takut tidak bisa membesarkannya dengan baik karena terlalu sibuk dengan toko." Ucap Jeonghan yang jujur saja dia takut pendapatnya ini tidak di terima oleh kedua mertuanya.
"Begitu? Baiklah, eomma tidak akan memaksa, tapi jangan terlalu lama juga ya, eomma sudah tidak sabar untuk menimang cucu." Ucap Yoona.
'Bisakah itu terjadi? Bisakah aku memiliki anak denganmu? Hm?Seungcheol?'
"Hari ini eomma menemukan menu masakan baru. Kalian harus menyoba makanan eomma. Terutama Seungcheol. Nanti malam kalian harus pulang tepat waktu, Jeonghan bantu eomma ya?" Ucap Yoona yang di sanggupi oleh Jeonghan.
Setelah sarapan, akhirnya mereka melanjutkan aktivitas masing-masing. Jeonghan berpamitan dengan ibu mertuanya karena dia harus pergi ketoko sebentar. Yoona pun mengiyakan dan Jeonghan di antar oleh Mingyu karena hari ini dia tidak ada pemotretan jadi ia bisa sekaligus menemui kekasih Tsunderenya.
Selama perjalanan, Jeonghan hanya mengalihkan pandangannya ke luar jendela, entah apa yang ia lihat. Wajahnya terlihat lelah. Raut wajahnya selalu berubah saat tidak bersama mertuanya, entah mengapa.
Lelah selalu berpura-pura bahagia, mungkin?
"Hyung." Panggil Mingyu.
"Hm?" Jawab Jeonghan yang memalingkan wajahnya dan menatap Mingyu.
"Seungcheol hyung, tidak melakukan yang aneh-aneh kan?" Tanya Mingyu yang masih terpaku dengan jalanan.
"....tidak, kenapa?" Tanya Jeonghan yang kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela.
"Tidak... hanya saja, akhir-akhir ini, tema lukisan mu sedikit berbeda. Seperti.... orang kesepian." Ucap Mingyu yang sempat mengalihkan pandangannya ke arah Jeonghan.
"Aku hanya ingin tema itu. Aku rasa, aku perlu konsep baru untuk memasarkan tokoku." Ucap Jeonghan yang masih menatap luar jendela.
Bohong, Jeonghan bohong.
Kalian taukan, tak jarang seorang seniman yang menumpahkan perasaannya pada hasil karyanya? Jeonghan lah salah satunya. Ia tidak tahu harus bercerita pada siapa. Jadi kanvas, kuas, dan cat menjadi bahan pelampiasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Story -Jeongcheol-
Romance"Jangan mengharapkan cinta dariku, Jeonghan." "Aku tau, Seungcheol. Karena hatimu hanya untuknya." Menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tua mereka, karena janji. Seungcheol yang sudah memiliki kekasih, harus merelakan hubunganya dengan kekas...