*****Hari terus bergulir dan Lily sudah kembali ke kantor setelah cuti beberapa hari karena keadaan Ibunya yang memburuk, tapi kemudian kabar bahagia pun datang karena operasinya membuahkan hasil positif.
Akhirnya wanita itu bisa kembali dengan gayanya yang khas di kantor, suara melengking saat memanggil Odetee, jemarinya yang suka ia pamerkan dengan kuku-kuku yang berganti warna setiap harinya, perintah lembur yang suka mengada-ngada pun kembali diterima Odetee dengan lapang dada. Odetee tetap bersyukur atas kesembuhan Ibunya Lily meskipun itu berarti dia harus menguatkan diri dan tenaganya lagi lebih ekstra.Mengenai sumpahnya Odetee, Mia meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, maka dari itu pagi ini Odetee mencoba meyakinkan diri bahwa kesialan yang akhir-akhir ini dia alami hanya kebetulan saja dan itu masih bisa ditolerir.
Pagi ini Odetee sibuk mengabsen barang-barang bawaan yang perlu dimasukan ke dalam tasnya, rutinitas sebelum berangkat ke kantor. Jika kemarin dia harus kelimpungan gara-gara dompet ketinggalan maka kali ini dia harus lebih teliti memastikan semua sudah masuk.
Semua barang telah Odetee masukkan, dengan yakin dia segera bergegas ke luar apartemennya, ketika hendak membuka pintu ponselnya berbunyi tertera dilayar Mia."Hm?" Odetee menjawab panggilan Mia dan menunda niatnya untuk membuka pintu dahulu.
"ODI SAYANGGG! AKU YAKIN KAU MASIH ADA DI RUMAH!"
Odetee menjauhkan ponsel dari telinganya karena suara Mia yang memekakkan telinga. "Ia masih. Kenapa?"
"Baguslah. Aku pinjam gaunmu yang warna peach ok. Aku ada acara penting dengan suamiku, aku lupa menyiapkan baju, dan kebetulan dress kode-nya warna peach, tidak ada waktu untuk mencari lagi, yah yah please" rengekannya di sebrang telfon.
"Hmmm... selalu begitu. Kenapa tidak mengatakan dari kemarin?" Odetee mendengus sebal.
"Kan aku sudah mengatakan aku lupa. Daripada gaun-gaunmu itu hanya jadi penunggu lemari tidak pernah dipakai, ckckck lebih baik aku manfaatkan bukan?"
"Baik Ny. William" cibirnya, lalu memutuskan panggilan sebelum Mia melanjutkan ocehannya lagi. Setelah siap dengan gaun dalam paper bag-nya, Odetee bergegas berangkat karena hampir telat seperti biasa.
Sesampainya di lantai bawah, langkahnya terhenti saat mengingat ponsel yang dia letakkan di atas nakas ketika mencari gaun. Odetee hanya bisa menepuk jidatnya lalu kembali ke unitnya dan sialnya lift apartemen tiba-tiba rusak padahal beberapa menit yang lalu baik-baik saja.
Odetee terpaksa menaiki tangga sampai ke lantai 10 dan itu sungguh menyiksa. Dengan langkah gontai Odetee menaiki tangga perlahan makin lama makin dia percepat.Setelah bersusah payah melawan letihnya dua kali melewati tangga, tatanan rambut dan penampilannya mungkin sudah tidak karuan, hanya saja ini bukan waktunya untuk memikirkan hal itu.
Dalam perjalannya menuju kantor, Odetee dikejutkan oleh seorang anak kecil berlari ke tengah jalan mengejar seekor anjing yang tengah berlarian. Tanpa pikir panjang Odetee menangkap si bocah, tubuh Odetee pun terhempas menghantam trotoar bersama dengan si bocah yang membeku dalam dekapannya.
"Kau tidak apa-apa?" dibanding menghawatirkan keadaanya sendiri Odetee malah mencemaskan keadaan bocah laki-laki itu.
"A-aku tidak apa-apa Kak. Tapi itu..." si bocah menunjukkan jarinya ke arah luka disiku dan kepala Odetee yang mulai mengeluarkan darah.
"Sayang Kau tidak apa-apa?" seorang wanita paruh baya terlihat sangat cemas melihat anaknya, buru-buru wanita itu mengambil alih putranya dari gendongan Odetee,
sedangkan Odetee mulai merasakan pening dikepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Old Husband (THE END) ✓
General FictionWARNING!! YANG MASIH DI BAWAH UMUR JANGAN BACA PLEASE! Michaela Odetee. jika dicari perempuan paling beruntung di dunia ini mungkin aku akan mengajukan diriku diurutan pertama. Ini adalah kisahku dalam menemukan teman hidup.