*****Langit sore ini begitu cerah, tapi tak lama kemudian awan mendung mulai menyelimuti hampir seluruh langit di Ibu kota. Awan gelap makin tebal seperti menjanjikan akan segera turun hujan, dan kemudian awan pun menepati janjinya pada bumi, dedaunan bergoyang terkena tetesan air yang semakin deras.
Odetee berdiri di beranda Mansion dengan perutnya terlihat sudah sangat besar dan mungkin dalam beberapa minggu bayi yang dinantikan akan segera lahir.
Senyuman lebar terbit di wajah cantik Odetee saat mobil Almero memasuki pelataran rumah. Almero sedikit berlari menerobos hujan, rambutnya yang hitam terlihat basah dan beberapa air menetes melewati wajahnya, dengan wajah berbinar Odetee membentangkan kedua tangannya menyambut Almero, kekasih hatinya, suaminya.
"Sayang, kenapa tidak menunggu di dalam? di sini dingin" Almero mengusap wajah Odetee yang terkena tetesan air dari rambutnya.
"Aku merindukanmu. Aku ingin segera mencium aroma tubuhmu" tuturnya manja.
"Kalau begitu ayo, kita masuk" Almero membopong Odetee ala bridal style membawanya ke kamar lalu mendudukkannya di ranjang.
"Sayang kemari" Odetee mengayun-ayunkan kakinya yang menjuntai ke lantai seraya menepuk-nepuk kasur agar Almero duduk di sampingnya.
"Nanti Sayang, aku harus mandi dulu, bajuku basah tidak nyaman"
Odetee mengerucutkan bibirnya kecewa, "Jangan mandi dulu, aku benar-benar ingin mencium aroma tubuhmu lebih lama" rengeknya kembali, tidak menyerah.
Almero menghampiri Odetee lalu memberinya kecupan singkat, "Tidurlah lebih dulu, Kau pasti lelah. Aku akan mandi sebentar" satu kecupan dia persembahkan lagi lalu pergi ke kamar mandi.
Tak lama kemudian ponsel Almero terus saja berdering, mati berdering lagi, mati berdering lagi, Odetee sampai heran tidak biasanya seperti itu. Tak lama kemudian Almero ke luar dari kamar mandi, seperti biasa, dia santai berjalan tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, hanya handuk yang menyampir di pundak.
"Sayang ponselmu dari tadi tidak mau diam" Odetee masih setia dengan posisi duduknya.
"Benarkah?" Almero segera mengambil ponselnya yang berdering kembali.
"Hm, ada apa?"
"....."
"APA!!?" Lalu bagaimana dengan Ammar?"
"Beliau tidak dapat menangani masalah ini, beliau mengalami kecelakaan"
"Astaga, baiklah aku segera berangkat ke sana"
"....."
"Baiklah.. Terima kasih" wajah Almero terlihat tegang dia langsung melakukan panggilan kembali.
"Sayang apa semua baik--
Almero mengisyaratkan agar Odetee diam sebentar karena seseorang yang baru saja dia telfon sudah menjawab panggilannya,
"Joseph, siapkan tiket untuk penerbangan besok pagi ke Dubai, kita harus segera ke sana, ada masalah di Hotel kita""..."
"Apa?!... Baiklah, kalau begitu tetap beli dua tiket, suruh Giliana mempersiapkan semua berkas yang aku butuhkan"
"..."
"Ok terima kasih. O ya semoga Ibumu lekas sembuh" imbuh Almero sebelum mengakhiri panggilan.
"..."
Tut...tut...
Almero memijat pelipisnya yang mendadak terasa pusing, karena informasi yang dia dapatkan dari Hotelnya di Dubai lumayan pelik, sedangkan Odetee masih memperhatikan suaminya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Old Husband (THE END) ✓
General FictionWARNING!! YANG MASIH DI BAWAH UMUR JANGAN BACA PLEASE! Michaela Odetee. jika dicari perempuan paling beruntung di dunia ini mungkin aku akan mengajukan diriku diurutan pertama. Ini adalah kisahku dalam menemukan teman hidup.