*****
Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu dan bulan pun berganti bulan. Kediaman Almero nampak sunyi karena hari memang masih begitu pagi.
Di sebuah ranjang berukuran besar Almero masih bergumul dengan selimutnya, tapi ada yang berbeda sekarang, di sana ada sosok malaikat kecil yang menemani, keduanya masih begitu pulas. pemandangan yang sangat indah bagi Odetee akhir-akhir ini, Almero tidak lagi berlomba untuk bangun lebih pagi dia selalu saja kesiangn karena hampir tiap malam dia betah berlama-lama memandangi bahkan terkadang mengganggu Moana ketika tertidur dan itu selalu membuat Odetee geram, Almero selalu berkilah "Jika aku tidak menyibukkan diri dengan putri kita maka Kau harus siap-siap untuk progam membuat adik untuk Moana" belum diijinkan Dokter menjadi alasan sementara untuk Odetee menghindar dari kewajibannya, meskipun akhirnya Almero tahu jika sebenarnya Dokter sudah memberi ijin tapi entahlah selalu ada yang mengganjal di hati Odetee saat hendak melakukan badan dengan Almero. Sebenarnya odetee tidak tega membiarkan suaminya tersiksa menahan hasratnya tapi ia juga belum bisa menghilangkan bayangan Giliana dari kepalanya, meski ia tahu ini bukan kesalahan Almero, dan itu semua tidak merubah sedikitpun perasaan Odetee terhadap suaminya, perasaannya tetap sama tetap mencintai dan sangat mencintai Almero, hanya saja mungkin ia butuh sedikit waktu.
Odetee berjalan perlahan menuju tempat Almero tidur berusaha membangunkannya, sosok tubuh besar itu menggeliat seperti bayi raksasa. Perlahan matanya mulai terbuka seulas senyum pun terlukis di wajahnya, pemandangan yang selalu menghangatkan perasaan Odetee setiap paginya, oh satu lagi, semenjak kehadiran Princess Moana, Almero tidak lagi telanjang bulat di kamarnya dia selalu mengenakan celana panjang tidur meskipun masih bertelanjang dada, itu dilakukan untuk menghormati putri kecilnya.
Almero merengkuh tubuh Odetee membawanya ke pangkuannya, "Sana mandi ini sudah siang. Kau tidak ke kantor?" Almero menghiraukan perkataan Odetee dia malah mendusel di ceruk leher istrinya dan menciumi pundaknya yang terbuka disebabkan Bathrobe yang hampir melorot karena ulah Almero.
"Hmmm... Aku merindukanmu" Almero bergumam suaranya berat seperti menahan sesuatu, sesuatu yang sudah tidak asing bagi Odetee dan Almero tahu jika Odetee sudah di perbolehkan untuk melayaninya kembali.
"Al... cepat mandi sana. Aku juga mau memandikan Moana"
"Ayolah Honey, tidak masalah aku kesiangn, lagipula Moana masih tidur masa mau dimandikan?" protesnya memasang wajah memelas.
"Aku harus membiasakan putri kecil kita untuk bangun pagi dan mandi tepat waktu, agar tidak seperti Ayahnya yang akhir-akhir ini tidak disiplin sekali" sindirnya.
"Aku akan mandi asal Kau ikut"
"Aku sudah mandi Al"
"Tidak ada salahnya mandi dua kali, bahkan mungkin jadi tiga jika Kau mau" ucapnya tersenyum jahil penuh harap.
"Al hentikan beri aku waktu" Almero langsung terdiam saat ucapan itu meluncur dari mulut Odetee, dia merasakan sesuatu yang berbeda dari istrinya, dengan berat hati Almero bangkit meninggalkan Odetee yang berusaha membangunkan Moana.
Odetee berjalan menuju kamar mandi Untuk mengambil handuk Moana, sesaat langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar mandi.
"Arrrgghhh argghhh...!!"
Odetee termenung sejenak ia tahu apa yang sedang dilakukan suaminya, jauh dalam lubuk hatinya ia merutuki kebodohan yang ia lakukan. Berkali-kali ia berkata "Ini bukan salah Almero, ini bukan salah Almero" hingga ia bosan mengingatkan dirinya sendiri, namun ini bukan tentang kesalahan siapa, hanya saja Odetee benar-benar belum siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Old Husband (THE END) ✓
Fiction généraleWARNING!! YANG MASIH DI BAWAH UMUR JANGAN BACA PLEASE! Michaela Odetee. jika dicari perempuan paling beruntung di dunia ini mungkin aku akan mengajukan diriku diurutan pertama. Ini adalah kisahku dalam menemukan teman hidup.