*****Di kediaman Almero...
"APA SAJA YANG KALIAN KERJAKAN! KENAPA SAMPAI SEKARANG BELUM JUGA ADA KABAR ATAU PETUNJUK MENGENAI KEBERADAAN ISTRIKU!!" Almero mengusap kasar wajahnya seraya berkacak pinggang di ruangan tengah Mansionnya yang terasa seperti kuburan tanpa salah satu penghuninya.
Joseph dan beberapa anak buahnya hanya menunduk tidak dapat berkata-kata, mereka sudah melakukan sebisa dan semampu mereka tapi mau bagaimana lagi sang Nona seperti menghilang ditelan bumi. Tidak ada satupun petunjuk tentang keberadaannya.
"Kalian sisir semua rumah sakit di kota ini, atau kalau perlu rumah sakit di seluruh Negeri ini cari sampai Istriku ketemu!" Almero tidak mau tau dia benar-benar sudah putus asa kepalanya berdenyut-denyut kakinya serasa tidak menapak di bumi lagi, memikirkan bagaimana keadaan Odetee-nya, bagaimana keadaan buah hatinya?
"BAIK SIR!!"
Pria-pria bertubuh kekar itu pun satu persatu pergi, menyisakan Joseph di sana wajahnya lebam akibat bogem mentah dari Almero sewaktu di Bandara.
"Kau tahu apa yang akan terjadi padamu jika sesuatu terjadi pada Istriku?" ucapnya geram.
"Yes Sir" Joseph pasrah, sudah jadi resiko bagi pekerjaannya menerima segala konsekuensi jika dia lalai menjalankan tugas, meski saat itu sebenarnya dia sedang tidak bertugas melayani keluarga Almero, Joseph sedang cuti karena Ibunya yang kritis lalu meninggal, tapi bukan waktu yang tepat untuk melakukan pembelaan diri, lagipula apa gunanya? Joseph juga merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Odetee.
"Pergilah dan kembali dengan kabar yang saya inginkan!"
"Baik Sir" Joseph undur diri meninggalkan Tuannya yang terlihat seperti Zombie.
"Di mana Kau sayang? Aku bersumpah aku tidak akan pernah menolak lagi apapun yang Kau inginkan, aku mohon kembalilah" suara parau penuh keputus asaan. separuh jiwanya sudah tak lagi bersamanya semua hampa.
*****
Masih di balik semak dengan rerantingan yang kering, Odetee beringsut ketakutan tidak ada lagi keberanian seperti beberapa menit yang lalu ia tunjukkan pada Reno.
Keringat dingin terus menetes dari dahinya hingga membanjiri wajah dan bibirnya pun kian memucat, meskipun cahaya temaram Reno masih dapat melihat jelas penampakan Odetee."Reno aku mohon selamatkan bayiku, aku... aku mohon tolong aku, aku tidak tahan lagi akhhhh hngkhhhhh..hh..hh" Odetee berbicara terbata diselingi usaha ngeden yang ke luar begitu saja dari mulutnya. Nafasnya terengah-engah, kedua sisi pahanya sudah berlumuran darah segar bercampur air ketuban, seringai jahat di wajah Reno memudar dia menatap kosong ke area selangkangan Odetee yang terus mengeluarkan darah, "Ren-- aakkhhh.. tolong aku" merasa percuma dengan permintaannya, Odetee sudah tidak bisa berpikir jernih, dengan susah payah ia menunduk melepaskan celana dalamnya tepat di hadapan Reno yang tetap mematung.
Odetee menyumpal mulutnya sendiri menggunakan celana dalam yang ia gunakan, tentu dengan darah di sana Odetee sudah tidak memperdulikan hal itu.
Derai air mata terus mengiringi usahanya membuat dorongan agar membuat bayi itu ke luar, berulang kali ia ngeden seraya menatap nanar ke arah Reno.Perlahan Reno mulai bergerak mendekat, Odetee merasa ketakutan jika Reno melakukan yang tidak-tidak padanya dan bayinya namun disisi lain ia butuh bantuan. Wajah kesakitan itu terus memelas dan menggeleng-geleng ke arah Reno seakan meminta jangan menyakitinya namun tanpa diduga Reno membuka jaket kulit yang dia kenakan lalu mengangkat kedua kaki Odetee menjadikan jaket itu sebagai alas duduknya,
"Aku akan kembali untuk mengambil Ponsel di kabin" ucapnya dengan suara sedikit bergetar, bermaksud untuk memanggil Ambulance.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Old Husband (THE END) ✓
Ficción GeneralWARNING!! YANG MASIH DI BAWAH UMUR JANGAN BACA PLEASE! Michaela Odetee. jika dicari perempuan paling beruntung di dunia ini mungkin aku akan mengajukan diriku diurutan pertama. Ini adalah kisahku dalam menemukan teman hidup.