27#

96 13 3
                                    

Di gedung seni dan pertunjukan, Takao dan Reina berlatih tanpa guru pembimbing mereka, besok adalah hari H festival budaya dimulai. Reina dan Takao bekerja keras berusaha menyukseskan Tea House dan pertunjukan mereka sebagai penutup festival

"Di penutup nanti, semuanya akan menonton. Murid, guru, orang tua, keluarga kekaisaran, dan orang-orang penting yang selama ini membantu sekolah ini"

"Ugh, Takao-kun berhenti memberiku pressure... kau terus mengucapkan itu dari kemarin"

"Apa boleh buat, aku terlalu gugup"

"Oya? Seorang pangeran mahkota gugup di hadapan publik?"

"Hei, bukan begitu. Ini penampilan pertamaku bersama denganmu. Biasanya aku selalu menyapa masyarakat sendiri"

Reina meminum air mineral hingga habis, tangan dan bahunya juga lumayan pegal, ia menggerak-gerakkan bahunya yang terasa pegal. Jari-jari Takao juga mulai nyeri karena kelamaan bermain piano, belum lagi tadi ia sempat memaku kayu untuk pintu selamat datang

Reina mengeluarkan sesuatu dari saku seragamnya, ia memegang telapak tangan Takao dan mengoleskan sesuatu di tangannya

"Apa yang kamu lakukan?"

"Aku tahu tanganmu nyeri dan aku melihat kapalan di tanganmu untungnya tidak terlalu kelihatan. Ini krim racikan ku sendiri"

"Hee.. Okugawa memang terkenal dengan ilmu pengetahuan herbal ya.."

"Terima kasih. Nah, kita harus kembali"

Reina membereskan biola dan peralatannya, Takao menunggu Reina selesai dengan urusannya. Dan mereka keluar dari gedung itu bersama

"Oh iya, aku mau tanya.."

"Apa?"

"Apa Makoto tidak menyukaiku?"

Reina tertegun sebentar. Ia melihat ke langit-langit sambil berpikir

"Dia memang dari dulu tak menyukai kekaisaran tapi, dia sendiri tak bisa berbuat banyak. Tak apa, lama kelamaan oniisama akan menerima keberadaanmu"

Takao mengangguk kecil. Tetap saja hal itu mengganggu pikirannya

"Aneh, ngga biasanya kamu khawatir soal itu"

"Ya... gimana ya.. kakakmu itu, tiap kali sama aku entah kenapa bawaannya seram.."

Reina tertawa. Ia membayangkan wajah Makoto yang kesal dan wajah Takao yang ketakutan. Takao mencubit pipi Reina memintanya berhenti ketawa

Keesokan harinya,seluruh murid bersiap-siap dari pagi, mereka berangkat pagi menuju stand kelas mereka masing-masing, sementara itu di asrama 1-A anak-anak perempuan beramai-ramai foto bersama dengan kostum maid mereka, sedangkan anak cowok terlihat malu-malu dengan kostum butler mereka, kecuali Makoto yang berdiri dengan wajah tegak

Dia dengan bangga mengenakan kostum yang didesain oleh adiknya meskipun Reina tidak menjahit pakaiannya

"Yang mulia, bagaimana dengan kostum nya? Tidak ada yang sempit atau sesak kan?"

"Ya... kudengar kamu menjahit untukku?"

Reina mengangguk

"Terima kasih. Tapi, rasanya alih-alih personal escort malah jadinya kamu seperti pelayan..."

"Jangan berkata seperti itu yang mulia, aku ini bisa apa saja. Jangan sungkan untuk bergantung atau meminta bantuan kepadaku"

"Meminta bantuan kepadamu... rasanya seperti kamu sudah menjadi istriku"

"Eh?"

Wajah Reina merona, ia memegang Kedua pipinya yang terasa panas mendadak. Jarak mereka yang dekat terpaksa Makoto menyelip di antara mereka memberikan jarak

When the Gray and White MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang