[Don't forget to leave your Vote and Comments, Dear❤️]
Mataku tertuju pada punggung telanjang Harry yang berdiri membelakangiku. Tubuhnya tegap dan sempurna. Manusia mana yang tidak akan tertarik dengannya?
A whole nation would go gay for him.
Ditambah pria tampan di depanku ini tengah memasak. Skill-nya dalam membuat makanan tidak diragukan, sekalipun Harry bukanlah juru masak. Gen yang diturunkan Anne benar-benar sempurna.
Kakiku bergerak, memutuskan untuk bangkit dari dudukku dan berhenti menjadi tidak berguna karena hanya duduk meratapi keindahan seorang pria dari atas kursi kabinet. Kakiku melangkah dan berdiri di sebelah Harry yang tengah memasak daging di atas pan.
"Ada yang perlu kubantu?"
Ia menyadari kehadiranku dan melirikku sekilas disertai dengan senyumannya, "Nope. Everything is fine." Lalu pandangannya kembali tertuju pada masakannya. Aku menyadari bahwa aku terlahir untuk tak berhenti mengaguminya. Sekalipun dalam keadaan seperti ini-- wajahnya begitu tampan dari sisi sebelah kanan. Selama hidup bertahun-tahun di dunia, aku mungkin sering melihat banyak wajah tampan. Bahkan menurutku, Liam, Niall, dan terutama Zayn--- turut memiliki wajah tampan atau bisa dikatakan ada di atas rata-rata pria pada umumnya. Namun aku melihat Harry berbeda, ada sesuatu lain yang sebenarnya bisa membuatku jatuh padanya lebih dari sekedar tampan.
Kurasa mungkin karena ia seorang pengacara dan membuatnya memiliki karisma tersendiri.
"Kau sudah tidak sabar?" tanya Harry yang berhasil membuyarkan lamunanku. Membuatku mengalihkan pandanganku pada pan tempat ia tengah mencampurkan bumbu dan hiasan lain yang sama sekali tidak kuketahui namanya. Aku belum pernah memasak sirloin steak sebelumnya.
Aku hanya mengangguk, "Aku tidak pernah merasakan lapar di tengah malam seperti ini, untung saja Lana menyimpan banyak bahan makanan di lemari pendingin," jawabku.
"Well-- kau mengeluarkan banyak tenaga tadi," balas Harry yang membuatku mengernyit bingung.
Ia menoleh dan tersenyum miring, "Maksudku, banyak cairan," koreksinya dengan nada menggoda yang membuatku berhasil terkekeh malu dan meninju bahunya pelan. Membuatnya tertawa kecil.
Jujur, aku tidak bisa menjelaskan rasa bahagiaku sekarang. Kukira aku akan kehilangan semuanya malam ini-- maksudku, keperawananku. Nyatanya tidak.
Harry tidak melakukannya dan hal itu membuatku sedikit lega. Harry hanya sebatas memuaskanku tadi dan tidak sebaliknya. Sebenarnya aku tau apa yang harus kulakukan, aku kerap melihat film dewasa di mana seorang wanita memberikan pasangannya blow job, Kelsey bahkan pernah membicarakan itu padaku. Namun aku terlalu takut dan gugup, tanganku kaku dan hanya mampu meraba sekujur tubuh bagian atas miliknya. Keberanianku nol untuk sekedar menggerakkan tanganku pada miliknya. Aku tidak seberani para wanita di luar sana untuk menggerakkan tangannya dengan agresif, atau mungkin di lain hari aku harus lebih memberanikan diriku sekaligus berusaha menghilangkan kegugupanku. Bisa jadi kegugupanku menjadi alasan Harry enggan untuk melakukannya.
"Kau suka paprika?" tanyanya yang sontak membuyarkan lamunan kotorku.
Aku mengangguk cepat dan Harry berjalan mendekati lemari pendingin lalu membukanya, membungkukkan sedikit tubuhnya untuk mencari bahannya di dalam sana. Pandanganku kembali ke atas pan dan menyadari bahwa Harry hanya memasak dalam porsi yang sedikit. Kurasa bahkan tidak cukup untuk kami berdua.
Aku mengalihkan pandanganku padanya yang sudah kembali bersama dengan sebuah paprika merah di tangannya. Mencucinya di wastafel dan membelahnya menjadi dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE [H.S]✔️
Fiksi Penggemar(SELESAI) Blair styles adalah salah satu pejabat politik ternama di Washington D. C. Namun karirnya hampir berakhir karena putrinya sendiri, Skyla Styles yang terjerat gosip skandal dengan dosen di universitas nya. Hal tersebut membuat Skyla hampir...