Chapter 23

1.1K 88 35
                                    

[Don't forget to leave your Vote and Comments, Dear❤️]

"Bye mom," ujar Skyla lalu mengambil buku-bukunya dan berjalan meninggalkan Blair yang ada di Kitchen Bar. Ditengah perjalanannya menuju kamar, ia berpapasan dengan Harry yang kelihatannya hendak bergegas pergi.

Skyla bahkan tak tahu apa yang harus ia katakan, Harry juga hanya menatap gadis itu sekilas dan berjalan seakan tak peduli, meninggalkan Skyla yang tengah berada dalam perasaan yang campur aduk.

Gadis itu sudah menyangka bahwa Harry akan kembali bersikap dingin setelah itu.

Gadis itu tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya menuju kamar dan mengabaikan perasaannya yang kebingungan. Ia pikir, dirinya harus tidur lebih cepat agar optimal menghadapi ujian besok.

🍉🍉🍉

Pintu besar itu terbuka dan mengadirkan dua sosok manusia rupawan yang sedang bercanda gurau mengenai lelucon yang baru saja mereka dengar di radio lokal yang diputar di mobil. Sang pria mengambil langkah menuju ruang makan yang diikuti dengan wanita berambut pirang dengan tinggi semampai itu dibelakangnya.

Wanita itu mengambil posisi duduk di salah satu kursi yang ada, "Dimana Gemma?" tanya Camille setelah sampai di kediaman Harry dan memutuskan untuk membuka kembali percakapan mereka di ruang makan.

"Apa yang kau harapkan di jam satu dini hari seperti ini? Semuanya pasti sudah tidur," balas Harry lalu menuangkan wine pada kedua gelas di hadapannya, untuk dirinya dan wanita di hadapannya itu. "Kau bisa bertemu mereka besok," lanjut Harry lalu berjalan untuk duduk di sebelah Camille dan menyodorkan segelas wine di tangannya.

"Terima kasih," ucap Camille disertai senyum manisnya. Pandangan wanita itu tak pernah bisa lepas dari tampannya pria di hadapannya itu. Menurutnya, Harry adalah pria yang paling tampan dan berkarisma yang pernah ia temui selama hidup tiga puluh dua tahun lamanya.

"Bagaimana London menurutmu?" Harry mulai bertanya, "Ya— begitulah, aku sudah beberapa kali ke London, namun Monte Carlo tetap yang terbaik, mengingat itu kampung halamanku," jelas Camille lalu menyesap winenya. "Bagaimana denganmu?— kelihatannya kau mencintai London," tanya Camille berbalik.

Harry tersenyum tipis, "Pekerjaanku membuatku menyukai kota ini."

"Ya, tak heran."

Harry mengalihkan pandangannya dari Camille pada sebuah hiasan bunga tulip di dekatnya yang bahkan tidak pernah ia sadari eksistensinya selama ia tinggal di sana. Pria itu canggung jika harus berbicara seperti ini. Ia hanya ingin mencium bibir merah wanita itu dan melakukan hal lain bersamanya. Tidak seperti ini. Hampir satu bulan ia tak memuaskan hasratnya dan ia tidak bisa mengontrol dirinya lagi.

"Skyla juga sudah tidur?" tanya Camille tiba-tiba, membuat Harry kembali memandangnya. Pria itu mengangkat bahunya tidak tahu, "Itu bukan urusanku," jawabnya.

Camille hanya tertawa pelan melihat tingkah Harry, wanita itu tau persis apa yang dirasakan pria yang dikaguminya itu. Camille menumpu dagu dengan tangan kanannya tanpa mengalihkan pandangannya dari Harry, "Masih menyukainya, huh?" goda Camille yang membuat pria itu menatapnya tak percaya.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Mata tidak pernah bisa berbohong, Harry." Camille merendahkan suaranya. "Aku menangani banyak remaja yang bermasalah, beberapa darinya bahkan menyukai saudara perempuan mereka sendiri, jangan malu untuk mengakuinya, aku bisa menjadi teman ceritamu," lanjutnya yang membuat Harry tertarik mengikuti arah pembicaraan wanita itu.

UNCLE [H.S]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang