"Jika kau ingin terus memeluk dan berada di sisiku seperti ini, ucaplah janji suci bersamaku, Lisa," gumam Jungkook lalu mengecup puncak kepala gadis itu lama.
Tidak ada sahutan dari gadis yang tengah ia peluk itu. Jungkook dapat merasakan hembusan napas teratur dari Lalisa pada dada bidangnya. Jungkook sedikit menundukkan kepala dan mendapati Lalisa yang sudah tertidur pulas di sana.
Jungkook menggeleng kecil. Gadis itu cepat sekali tertidur, padahal baru beberapa waktu lalu merengsek naik ke pangkuannya.
Jungkook mengecup pelipis gadis itu pelan, setelah melepas kecupannya, Jungkook kembali melanjutkan pekerjaannya memeriksa berkas-berkas yang sudah menunggu untuk segera di selesaikan itu.
Di saat keduanya pada posisi seperti ini, Jungkook merasa segala rasa penat yang tadi ia rasakan sebelum gadis itu duduk dan memeluknya, langsung meluap seketika. Keberadaan gadis itu berpengaruh begitu sangat baik pada Jungkook.
Beberapa saat setelahnya, ketukan pintu terdengar, di susul langkah kaki memasuki ruang kerja Jungkook.
Tidak perlu bertanya, karena Jungkook tahu betul seseorang yang berani-berani masuk tanpa menunggu izin darinya di sini, hanya ada satu orang yang selalu melakukannya. Siapa lagi jika bukan Choi Soobin.
Soobin selalu berusaha bersikap profesional ketika sedang bekerja, namun untuk urusan menunggu izin dari Jungkook untuk memasuki ruangan tidak ia hiraukan. Pria itu berkata bahwa hal tersebut tidak ada hubungan dengan pekerjaan sama sekali, sampai membuat Jungkook tidak habis pikir dengan sikap adik sepupunya itu. Jungkook tidak tahu apa yang dulu bibi-nya idamkan ketika tengah mengandung Choi Soobin.
"Astaga, pemandangan seperti ini membuat mataku ternodai," jerit Soobin seraya menutup kedua mata dengan tangan, ketika melihat Jungkook memangku Lalisa yang tertidur sambil memeluk pinggangnya.
Hilang sudah segala keprofesionalitasan Soobin, jika menyangkut hal-hal semacam ini. Pria itu selalu tidak bisa mengontrol mulutnya untuk mengomentari segala sesuatu yang menarik tertangkap matanya.
Jungkook mendengus kasar, Soobin dan kegilaaannya adalah suatu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan.
"Hei, Jungkook. Jangan mengambil kesempatan di saat gadis muda sedang tertidur. Kau pikir, kau bisa memangkunya sesuka hati, huh?" cerocos Soobin seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Helaan napas lelah terdengar dari Jungkook.
"Dia sendiri yang ingin memelukku seperti ini. Aku tidak mengambil kesempatan sama sekali," Jungkook mengucap sembari memutar bola mata jengah melihat Soobin yang masih memandangnya dengan tatapan menyelidik.
"Tapi, jika aku jadi kau. Mungkin aku sudah membawanya ke tempat tidur saat in--" ujaran Soobin terhenti begitu sebuah pulpen mendarat tepat di keningnya. Soobin hanya bisa meringis, lemparan Jungkook lumayan juga, pikirnya.
"Berhenti membayangkan hal-hal kotor seperti itu, Soobin. Bibi Jocelin akan mencabut ginjalmu jika mendengarnya," cetus Jungkook dengan tidak merasa bersalah sama sekali setelah apa yang di lakukannya.
Soobin berdecak, "Jangan membawa-bawa mommy, Jungkook. Aku langsung merasakan hawa panas membayangkannya," pria itu mendudukkan diri di kursi yang berbatasan meja saja dengan Jungkook. Soobin bergidik membayangkan wajah sang ibu yang mencabut ginjalnya.
"Jadi, ada apa kau kemari?" Jungkoom bertanya seraya mengusap-usap punggung Lalisa yang terlihat menggeliat dalam tidurnya.
Soobin memperhatikan interaksi itu, Jungkook yang mengusap punggung Lalisa lembut dan gadis itu yang terlihat nyaman dalam tidurnya dengan tangan memeluk pinggang Jungkook erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Billionaire & Mrs Supermodel | LIZKOOK ✔️ [DINOVELKAN]
RomanceKisah sang Billionaire muda berbakat, Jeon Jungkook dengan sang supermodel papan atas, Lalisa Manoban. Berawal dari insiden lecetnya bumper mobil, hingga ke insiden lemparan maut dari stiletto heels milik Lalisa Manoban keduanya di pertemukan. Ketik...