👠39

3K 317 16
                                    

"Kau yakin akan berangkat ke Texas? Kau masih sakit, bagaimana bisa melakukan perjalanan jauh begitu?!" Kalimat itu di lontarkan selalu dan berulang-ulang pada Jungkook.

Jungkook menghela napas pelan, berbalik badan dengan dasi yang masih belum terpasang di lehernya. Jungkook berjalan mendekati Lalisa yang masih terduduk di sisi tempat tidur. Mengulurkan dasi yang di ambil oleh wanita itu dan segera memasangkannya pada kerah kemeja Jungkook.

"Apa perjalanan kali ini tidak bisa di tunda," lagi-lagi dan tak terhitung ke berapa kalinya pertanyaan yang hampir sama di dengar oleh Jungkook sejak bangun tidur dan mengatakan pada wanitanya bahwa ia akan melakukan perjalanan bisnis ke Texas pagi ini.

Jungkook menangkup kedua pipi wanita yang tengah serius memasangkan dasi itu membuat Lalisa mendongak menatapnya.

"Aku tidak apa-apa, okay. Aku merasa sehat dan baik-baik saja. Lagi pula aku sudah meminta Soobin untuk mengatakan pada para investor bahwa aku akan berangkat ke Texas hari ini," ujar Jungkook memberi pengertian pada wanita di hadapannya.

"Tapi kau masih sakit. Bagaimana jika nanti kau kembali jatuh sakit di sana? Bagaimana jika kau di tembak lagi oleh lawan bisnismu? Aku juga tidak bisa ikut denganmu, jadwalku tidak bisa di cancel lagi," cicit Lalisa pelan, menahan air mata yang akan lirih dari pelupuk mata.

Jungkook tersenyum lembut, menenangkan wanitanya. Jungkook perlahan menarik pinggang Lalisa, membawa wanita itu ke dalam rengkuhannya. Ia dapat merasakan tubuh Lalisa yang bergetar menahan tangis.

"Dengar, tidak ada apapun yang terjadi padaku selama di sana. Kejadian waktu itu tidak akan terjadi lagi dan ada Soobin yang menemaniku ke sana. Kalaupun aku kembali di tembak, aku masih punya sembilan nyawa. Tidak akan mati begitu saja," ujar Jungkook terkekeh, mengusap rambut Lalisa dan menghirup dalam-dalam aroma blueberry wanita yang akan ia rindukan beberapa hari ke depan.

Jungkook merasakan tangan Lalisa perlahan melingkari pinggangnya, wanita itu memeluknya erat.

"Apa kau akan lama di sana?" Pertanyaan Lalisa membuat Jungkook terdiam untuk beberapa saat. Mengira-ngira berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk mengembalikan cabang perusahaannya di sana kembali normal seperti semula.

"Aku akan mengusahakan secepatnya. Satu minggu ku rasa cukup. Ketika pekerjaanku telah selesai nanti, aku akan langsung pulang. Kau hanya perlu menungguku, hm?" Jungkook mengecup puncak kepala Lalisa berkali-kali, menyalurkan perasaan tidak tenang yang tiba-tiba melanda hatinya. Jungkook berusaha mengabaikan hal itu. Mungkin saja efek kelelahan.

Dering ponsel dari saku Jungkook membuatnya melonggarkan pelukan dan mengambil benda pipih tersebut dari saku celana kain yang ia gunakan.

Nama Soobin tertera di layar, Jungkook pun mengangkat panggilannya.

"Halo?"

"Halo, Jungkook. Kau ada di mana? Aku sudah menunggu di parkiran apartement Lalisa. 45 menit lagi jet kita akan take off," gerutu Soobin dari seberang sana. Sepertinya pria itu sudah menunggu cukup lama.

Jungkook melirik jam yang sudah melingkar sempurna di pergelangan tangannya. Sudah pukul 08.15 am.

"Baik, aku akan segera turun," ujar Jungkook lalu memutus sambungan telepon secara sepihak.

Jungkook menatap Lalisa yang kini sudah mengeluarkan air mata membasahi kedua pipi putih wanita itu. Jungkook menghela napas pelan, melarikan jari jemarinya untuk mengusap air mata Lalisa.

"Hei, kenapa kau menangis? Aku akan kembali, 'kan? Aku tidak akan lama di sana. Kau nikmati waktumu di sini, okey?" Jungkook berujar dengan suara lembut. Lalisa tampak mengangguk meski kesedihan terpancar jelas di wajahnya.

Mr Billionaire & Mrs Supermodel | LIZKOOK ✔️ [DINOVELKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang