Happy Reading
«---------»Definisi pacaran itu harus saling menguntungkan bukan?
- Jessicaメメメ
11. J & J 1
"Kalau sekolah itu yang bener. Buat cari ilmu bukan cari pacar. Belajar 'kan buat diri sendiri bukan orang lain. Nanti kalau udah sukses mau pacar kayak gimana pun bentuknya bakal gampang dapetnya," ucap Bu Nila memberikan wejangan di siang hari.
"Ibu ngomong kayak gini tuh buat kebaikan kalian. Jadi, dengerin terus terapkan, bukan dengerin terus lupain," ucapnya lagi masih berlanjut. "Kalian pasti punya cita-cita, 'kan? Coba sebutin cita-cita kalian."
Sontak siswa XII IPS dua saling sahut menyebutkan cita-citanya masing-masing, mulai dari guru, dokter, polisi, bidan, arsitek dan yang lainnya.
"Jeff," panggil bu Nila dengan suara mautnya yang dibuat selembut mungkin. Jeff menoleh, dari tadi ia pura-pura tidak dengar karena tahu guru didepannya itu menyindir dirinya. "Cita-cita kamu apa, Ganteng?" tanyanya.
"Mencintai dia apa adanya, Bu," jawabnya sekenanya.
Bu Nila berdecak pelan. "Nah 'kan bisa diliat. Didenger terusan dilupain. Ibu kan udah bilang jangan dulu mikirin pacar, pikirin itu masa depan. Mau jadi apa kita kedepannya, gak mungkin 'kan kalau gini-gini terus. Kita itu harus menciptakan perubahan."
"Masalahnya Bu. Percuma saya mikirin cita-cita. Orang masa depan saya ditentuin ayah saya," ujar Jeff santai.
"Tapi kamu juga harus belajar gimana mengelolanya. Bagaimana caranya biar apa yang ditentuin ayah kamu itu bisa kamu jalankan. Paham, Jeff?"
"Paham Bu..."
"Yasudah sekarang buka halaman tiga puluh dua bagian B. Kalian catat waktunya sepuluh menit. Setelah itu kalian presentasikan didepan sesuai pendapat masing-masing," ucap Bu Nila yang mendapat helaan nafas dari muridnya. "Gak usah ngeluh. Kalian masih diberikan kesempatan sama Tuhan buat bisa cari ilmu."
Begitulah bu Nila. Kalau kata anak SMA Adiwarna, guru paling ribet se sekolah. Ngasih tugas yang harusnya bisa singkat bisa memanjang kalau sama bu Nila.
"Kenapa lo bisa kena sama bu Nila, Jeff?" tanya Adit dari sebelah. Ia bertanya dengan tangan dan mata tidak lepas dari catatannya.
"Tadinya mau bolos tapi gak jadi gegara itu guru," jawab Jeff malas.
"Kita udah sepakat kagak bolos ngapa lo bolos."
"Males, gak kuat."
メメメ
Perlahan Indi membuka matanya. Tapi untuk beberapa saat ia harus mengumpulkan nyawanya lebih dulu juga beradaptasi kala melihat ruangan serba putih yang begitu asing dari pandangannya.
"Indi dimana?" gumamnya pelan. Entah pada siapa ia bertanya karena nyatanya, tidak ada satu orangpun yang ia lihat diruangan ini. "Ayahhhh!" pekik Indi setengah berteriak.
Suara kenop pintu terdengar berputar. Satu orang dokter dengan ditemani satu perawat datang memasuki ruang rawat Indi yang langsung mengecek keadaan Indi.
"Dokter? Indi kenapa ada disini?" tanya Indi menatap seorang dokter dengan balutan jas putihnya. Matanya berkaca-kaca. Apa yang terjadi pada dirinya sampai bisa berada dirumah sakit?
"Sebentar ya, saya periksa dulu," jawab sang Dokter kembali melanjutkan pengecekan. "Kamu ini kecapean, ditambah sakit lambung kamu yang kambuh. Harus dijaga pola makannya jangan sampe telat ya, sama istirahat yang teratur. Jangan terlalu banyak pikiran juga. Nanti saya kasih resep obat sama vitamin."