15. Ibu Baru
Setelah seharian ini ia habiskan bermain bersama Jessica, akhirnya Jeff memilih pulang. Hari ini begitu membawa banyak kebahagiaan pada dirinya. Karena pada kenyataannya mendekati Jessica tidak sesulit yang ia bayangkan. Gadis itu begitu terbuka jika sudah dikenal dekat.Jeff kembali mengingat saat Jessica menolak untuk dibayarkan. Entah mengapa hal itu membuat Jeff semakin tertarik padanya. Gadis yang benar-benar jauh dari ekspetasinya.
Sekitar pukul lima sore Jeff baru sampai rumah. Ini akibat ia malah diam dulu dirumah Jessica sampai sore.
Diruang keluarga, ia melihat Indi tengah menonton televisi bersama bi Ratih. Keduanya tampak begitu dekat. Dengan bi Ratih yang duduk selonjoran dan Indi yang tertidur diatas paha bi Ratih. Jeff jadi ingat jika dulu ia juga berhubungan baik dan dekat sekali dengan bi Ratih. Tidak dengan sekarang, perhatian bi Ratih sudah Indi ambil. Bahkan bisa dibilang hubungan Jeff dan bi Ratih kian memburuk.
Jeff berdiri dengan melipat kedua tangan kekarnya didepan dada. Memasang wajah datar seperti biasa. “Indi,” panggilnya cukup keras.
Merasa terpanggil Indi menoleh. Bi Ratih juga turut mengikuti gerakan Indi. Gadis yang tengah mengenakan kaos longgar dengan celana pendek dan rambut diikat asal langsung duduk tegap. Menatap Jeff yang datar.
“Wahhh, rambutnya model barunya, nih!” ujar Indi. Ia mengangkat kedua jempolnya tinggi-tinggi dengan semangat. “Makin keren!” pujinya.
“Apa jawabannya ayah?” tanya Jeff tanpa mengindahkan pujian dari Indi. Lagipula ia memang tidak butuh dipuji. Ia sudah sadar diri jika dirinya memanglah keren.
Indi mengembuskan napasnya kasar. Benar-benar harus menyediakan stok kesabaran yang banyak jika berhadapan dengan Jeff. Padahal laki-laki itu berperan sebagai abangnya.
“Tadi aku udah kasih tau sama Abang. Tapi Abang belum baca kayaknya, ya?”
Kedua bola mata Jeff berputar. Wajahnya semakin datar. “Lo tinggal jawab doang apa susahnya?” tanyanya ketus.
"Kata Ayah, dia udah disini. Cuman karena ada urusan kerjaan jadi gak bisa langsung pulang. Tapi mampir dulu ke kantor,” jawab Indi dengan sabar.
Bi Ratih yang menonton hanya diam saja. Tidak ada kewajiban dan juga hak untuk ikut bicara. Kejadian kemarin biarlah berlalu dan menjadi pelajaran utuk dirinya agar tidak terlalu ikut campur urusan orang lain.
Jeff mengernyit heran. Ditandai dengan pelipisnya yang menampilkan beberapa lipatan. “Kerja apa hari Minggu kayak gini?”
“Eh iya juga, ya,” sahut Indi merasa setuju. Pasalnya bukan sekali dua kali Dewa membawa pekerjaan kerumah jika memang menumpuk. Lantas kenapa hari Minggu ini harus ke kantor?
“Emang ada apa, sih, Bang? Tumben banget tanya ayah.”
“Lo juga bakal tau nanti,” jawab Jeff singkat. Laki-laki itu tanpa permisi langsung menjauh dari ruang keluarga untuk naik kelantai dua. Dimana tempat paling nyaman selama hidup berada. Jelas saja kamarnya.
Meskipun sebenarnya agak malas karena kamarnya dengan kamar Indi berseberangan, tapi tidak terlalu menjadi masalah selama Indi tidak membuat kekacauan.
***
Selepas pulang dari rumah Jeff; Adit, Ramos, dan juga Nathan memilih untuk ke tempat biasa mereka berkumpul. Menikmati hari ditengah hingar bingar kota. Menatap jalan raya yang tak pernah sepi dilintasi kendaraan. Juga gedung-gedung pencakar langit yang setiap harinya beroperasi.