21. Melupakan Kenangan

54 11 0
                                    

Happy Reading

«—————————»

Perlahan coba ikhlaskan. Sampai kapan mau larut sama kenangan?

***

Jessica tengah menyendiri dikamar luas yang penuh dengan hiasan dinding yang ia rangkai sendiri. Gadis itu tengah duduk menghadap jendela kamar dengan tatapan yang mengarah pada laptop. Dua manusia yang tengah saling rangkul dengan senyuman kebahagiaan yang tak dapat disembunyikan membuat Jessica meringis. Sudah lama berlalu, tapi masih saja sulit dilupakan.

Tahun sudah berganti beberapa kali. Tapi dengan bodohnya, ia masih saja menetap dimasa lalu yang sudah berlalu pergi.

Menemukan orang dengan versi terbaik yang kita mau memanglah sebuah takdir yang mungkin diinginkan banyak manusia. Hanya saja, di dunia tidak lah ada yang sempurna. Ada kelebihan yang melengkapinya kekurangan, begitu pun sebaliknya.

Jessica menatap foto dihadapannya dengan sendu. Kalau boleh jujur, dia masih merindukan masa lalu dengan segala kenangan yang ingin ia ulang. Tapi sepertinya sulit untuk menjadi nyata.

Kevin Ilyas Maulana. Nama yang selalu Jessica sebut kala sedih melanda. Sosok laki-laki yang dulu selalu setia berada disamping Jessica dalam keadaan bagaimanapun.

“Kevin, lagi-lagi gue kangen sama lo,” ucap Jessica bermonolog. Pandangannya kini beralih menatap gelang hitam yang tengah ia pegang. Itu hadiah terakhir yang Kevin berikan sebelum memilih pergi meninggalkan. Ada sebuah kunci yang menjadi hiasan. Katanya, agar Jessica dapat menjaga hati.

Tapi nampaknya yang terjadi malah cowok itu yang tidak menjaga hati dengan tidak lagi memberinya kabar.

“Gue setia apa bego, sih?” tanya Jessica padanya dirinya sendiri. Bertahun-tahun ia menunggu orang yang bahkan sudah lama tidak bertukar pesan lagi.

Awalnya Jessica ingin membuka hati kembali dengan mencoba bersama Jeff. Tapi bentakan Jeff tadi pagi malah membuatnya berpikir bahwa tidak ada orang sebaik Kevin dulu.

Selama menjalin hubungan bersama Kevin, satu kali pun laki-laki itu tak pernah membentak Jessica walaupun melakukan kesalahan. Justru laki-laki itu akan mengatakan dengan lembut sebaiknya bagaimana.

“Kangen, sih. Kangen banget,” kata Jessica pelan.

•••

Jeff memutar stir mobilnya menuju suatu tempat yang benar-benar tujuannya sekarang. Berharap belum terlambat dan ia bisa mendapatkan jawaban yang pasti untuk hatinya.

Ia sekarang berada didepan gedung tempat ayahnya mencari uang. Tapi belum kunjung turun dari mobil karena merasa masih belum yakin dengan keputusannya sekarang. Ia hanya memegang stir mobilnya dengan erat, seolah stir mobil itu bisa hilang saat ia lepas.

“Ada yang bisa dibantu?” Suara ketukan di jendela membuat Jeff menoleh. Mungkin ia sudah terlalu lama didalam mobil, sehingga satpam kantor harus bertanya langsung.

Jeff menurunkan kaca mobilnya dan menatap satpam dengan seragam serba hitam tanpa ekspresi. “Saya ingin ketemu ayah saya,” ucapnya dingin.

“Oke, baik. Silahkan.”

Jeff keluar tanpa bicara, dan pergi begitu saja tanpa permisi. Satpam tadi yang sempat bertanya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang