Selamat malam Minggu dimalam yang kelabu untuk yang masih menunggu🌷
Selamat datang. Semoga suka. Jangan lupa vote dan komen❤️
Happy Reading
«—————————»Selepas menunaikan ibadah shalat Maghrib, Indi berdiri didepan cermin besar yang menyatu dengan lemari. Memperhatikan penampilannya sekarang untuk memastikan tidak ada yang buruk untuk dipandang.
Walaupun sepertinya akan menjadi makan malam seperti biasa. Tapi setidaknya Indi harus tampil baik untuk menjemput tamu yang nampaknya begitu spesial bagi sang ayah.
Indi semakin berpikir, siapa yang akan tiba sebenarnya. Karena sekalipun Indi tidak pernah melihat rekan kerja Dewa datang untuk makan malam bersama dirumah. Mereka lebih sering bertemu diluar.
“Apa mungkin dijodohin, ya?” gumam Indi yang dihadiahi kekehan oleh dirinya sendiri.
Gadis yang masih sibuk mengaca jadi membayangkan saat turun nanti tiba-tiba saja ada anak cowok tampan sesuai kriteria Indi tengah duduk disana bersama sang ayahnya yang tidak lain dan tidak bukan mereka adalah kerabat kerja.
“Ah, gara-gara kebanyakan halu, nih!” tepis Indi dari pemikiran aneh-aneh. Ia mengusap kasar wajahnya yang cantik. Untuk membuang segala pikirannya dari dunia fiksi yang ia baca.
“Permisi, Non Indi.”
Indi segera menoleh. Kedua bola matanya langsung menatap bi Ratih yang tengah berdiri diambang pintu memegang nampan kosong berwarna coklat.
“Dari tadi bibi liatin lagi senyum-senyum terus. Ada apa, nih?” tanya bi Ratih pemasaran. Ia memang sudah berdiri sejak Indi senyam-senyum. “Non lagi kasmaran, ya?” goda bi Ratih.
“Eh, nggak, Bi,” jawab Indi malu. “Ada apa, Bi?”
“Itu dibawah tamunya tuan Dewa sudah datang. Non disuruh turun sama tuan,” ujar bi Ratih sopan.
“Oh udah dateng. Oke, deh, Bi. Bentar lagi Indi turun,” balas Indira.
“Saya duluan, ya, Non,” pamit Bi Ratih yang langsung meninggalkan kamar Indi menuju dapur kembali.
Selepas bi Ratih sudah tidak lagi terlihat, Indi kembali menatap pantulan wajahnya di cermin bulat penuh hiasan. Memastikan kembali bahwa ia sudah cukup untuk menyambut tamu.
Melangkahkan kaki perlahan dengan hati yang berdebar. Ia menjadi berpikir bagaimana halusinasinya tadi menjadi sebuah kenyataan? Harus bersikap bagaimana ia nanti?
Tapi saat berpijak dianak tangga paling terakhir. Semua perasaan deg-degannya hilang begitu saja. Terganti dengan perasaan berkecamuk dalam hati. Yang dilihatnya sekarang tidak ada anak bujang yang kemungkinan akan dijodohkan dengan Indi. Yang ada justru ayahnya tengah merangkul seorang wanita dengan rambut yang digerai.
“Ayah,” panggil Indi dengan suara yang cukup keras.
•••
Acara makan bersama telah selesai dan berjalan lancar. Kini mereka tengah menikmati hidangan penutup yakni dessert yang dibeli bi Ratih beberapa jam yang lalu.
Jeff juga ikut serta. Dari awal ikut bergabung Jeff hanya diam saja, sesekali berbicara jika ada yang bertanya. Tatapannya beberapa kali menatap Aluna lekat untuk menilai bagaimana calon ibu barunya itu.