27. Menyerah

39 9 0
                                    

Hallo, selamat sore. Selamat membaca. Jangan lupa vote, komen, dan share<33

27. MENYERAH

Jika memang tidak bisa, untuk apa dipaksa?

Suasana UKS yang biasanya sepi kini menjadi ramai tidak kondusif. Hal itu disebabkan oleh Nindi dan juga April yang saling bersahutan heboh dengan keadaan Indi yang ditangani beberapa anggota PMR.

Luka goresan hasil Jeff semalam tiba-tiba kembali mengeluarkan darah segar yang mengalir. Tadi saat sudah berganti baju, Indi tanpa sengaja menabrak tembok dengan tangannya yang pertama kali mengenai tembok dengan kencang.

Mungkin hanya kecelakaan kecil biasa, hanya saja luka semalam yang belum kering begitu mudahnya mengeluarkan cairan merah kental.

“Ini kenapa Indi bisa berdarah gitu, sih? Kan cuma kepentok doang,” ujar April merasa heran.

“Ya, mana gue tau,” sahut Nindi singkat. Ia mulai berdiri lebih dulu saat satu persatu anggota PMR menjauh yang menandakan pengobatannya sudah selesai.

April mendengus sebal karena gak diajak. Tapi turut berdiri juga.

Beruntung setiap brankar UKS menggunakan gorden besar berwarna abu muda. Jadi, saat Indi hanya mengenakan tangtop saja tidak masalah. Gadis itu terpaksa melepas kaos olahraganya agar lebih mudah. Walaupun sebenarnya kaosnya saja lengan pendek.

“Kenapa sih, Di? Kok berdarah?” tanya April masih dilanda penasaran.

“Apanya?” tanya Indi sembari merapihkan kembali pakaiannya. Ia sebenarnya paham akan maksud pertanyaan April. Hanya saja ia tak mau menjawab jujur. Bisa menimbulkan pertanyaan beruntun nantinya.

Ia masih takut jika pada akhirnya yang terjadi akan sama seperti Nathan.

“Tangan lo lah. Apalagi?”

Indi menggeleng pelan disertai senyuman yang begitu manisnya. “Nggak apa-apa kok tenang aja. Bukan sesuatu yang besar juga.”

“Yaaa gimana mau dikata bukan sesuatu yang besar kalau darahnya keluar banyak begitu? Udah deh jangan so so-an jadi manusia kuat. Tiap manusia juga pasti punya titik lemahnya, Di,” ucap Nindi.

“Terus ini kenapa kalian ada disini? Belajar hey. Udah masuk jam olahraga juga,” ujar Indi segera mengalihkan pembicaraan. Bukannya tidak menghargai, hanya saja ia bingung tiap kali akan merespons. Ia tidak mau selalu berbohong demi memperlihatkan bahwa ia tengah baik-baik saja. Karena lebih baik memendam semuanya sendirian.

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang