Dikarenakan besok adalah hari libur sekolah. Jadinya tepat malam ini Jessica mengundang kedua sahabatnya untuk datang ke rumah sekaligus menginap. Ditambah ada yang ingin ia ceritakan.
Rencana di group tadi mereka akan menonton bersama. Jadi kini diruang tengah rumahnya, Jessica sudah menyiapkan beberapa makanan ringan juga minuman dingin.
Tapi Jessica sudah yakin bahwa rencana menonton bersama itu tidak akan terjadi. Karena kedua sahabatnya jelas memiliki selera yang berbeda. Jika Mega lebih suka menonton drama Korea yang dipenuhi aktor nyaris sempurna. Maka Sheryl lebih suka menonton film atau series berbau horor yang jelas diisi oleh para hantu yang menurut Mega sangat menyeramkan.
Keduanya tidak ada yang akan mau mengalah. Mega si penakut, dah Sheryl yang tidak mau menonton drama luar negeri karena malas membagi fokus antara subtitle juga adegan.
Maka pada akhirnya mereka akan fokus pada urusannya masing-masing.
Suara ketukan pintu diluar membuat Jessica segera beranjak dari duduknya karena sudah sangat yakin bahwa yang berada diluar adalah Mega dan Sheryl.
Tapi tanpa disangka saat Jessica sudah membuka pintu malah sosok cowok berdiri disana dengan balutan jaket berwarna hijau.
"Dengan Jessica?" tanya laki-laki itu.
Jessica mengangguk bingung. Ia melihat cowok itu tengah memegang kantong plastik entah berisi apa. Seingatnya ia tidak memesan apapun secara online hari ini. Bahkan membuka aplikasinya saja tidak. Jadi tidak alasan jika Jessica salah pencet.
Cowok itu menyodorkan kantong plastik tersebut kearah Jessica.
"Ini apa ya, Mas?"
"Kue, kakk."
Kali ini Jessica benar-benar dibuat semakin bingung. Ia merasa tidak memesan apapun. Lagi pula untuk apa ia memesan kue. Orang-orang disekitarnya tidak ada yang ulang tahun. Sekalipun kejutan dari orang lain. Untuk apa? Ia sedang tidak ulang tahun. Atau mendapatkan sesuatu yang harus dirayakan.
"Berapa?" tanya Jessica kembali tersadar. Mungkin ada orang yang ingin menjahilinya.
"Sudah dibayar, kak."
"Loh? Ini siapa yang kirim? Itu di aplikasi pasti ada namanya, kan?"
Laki-laki itu mengangguk seraya tersenyum. "Ada, kak. Cuman katanya tidak mau disebutkan namanya."
"Terus kalau ini beracun, gimana?" tanya Jessica mulai was-was. Wajar saja kan ia merasa takut jika pengirimnya saja tidak jelas.
"Saya pastikan nggak, kak," jawab cowok itu. "Soalnya saya yang beli. Dan udah beberapakali juga ada yang pesan ditempat yang sama. Sejauh ini aman-aman aja kok, kak."
"Oke, deh. Makasih, Mas," ucap Jessica pada akhrinya.
Setelah supir ojek online itu pergi, Jessica mulai mengintip isi dari kantong plastik tersebut. Ia menarik sebuah kertas putih yang berada diatas box tersebut.
Kalau lo gak pindah rumah. Seharusnya ini kue berada di orang yang tepat.
Selamat makan, Jeje<3
Tubuh Jessica seketika menegang saat membaca kata terakhir yang ditulis diatas sobekan kertas tersebut. Jeje.
Saat kepalanya berputar memikirkan segala kemungkinan, handphonenya seketika berdering pertanda telepon masuk.
Adit.
Kening Jessica berbentuk beberapa lipatan. Setelah sekian lama cowok itu tak menelpon dan chat hanya saat-saat penting saja, tiba-tiba kontak tersebut muncul kembali.