15. Ayo nge-date!

32 5 0
                                    

"Cinta dan batuk tak dapat disembunyikan."

- George Herbart -

💌

Thea mengerjap pelan, dadanya berdegub kencang dengan mulut terkunci, tidak bisa berkata-kata.

El melepas pelukan mereka, menatap Thea yang masih memasang tampang bodohnya, dengan senyum kecil.

"Nonton?"

"Hah?"

Dengan gemas, El menyentil kening Thea sekali yang lantas membuat sang empu memberenggut kesal, terhadapnya.

"Besok, ayo nge-date!" ajak El memperjelas, yang lantas membuat Thea terperangah.

El meraih bahu Thea, menariknya membuat gadis itu berdiri dari posisinya semula, kemudian menuntunnya keluar dari kamar. "Sampai ketemu besok, good night ...." pungkas El dengan mengacak rambut Thea sekali, sebelum menutup pintu kamarnya.

"Good night, Putry ...." batin El membelakangi pintu seraya menyunggingkan senyum tipis.

Sementara di luar, Thea mengerjap pelan kemudian tersadar dengan jantung yang masih berdebar kencang. "Thee bagun, Thee, bangun! Tadi itu cuman mimpi!" tegasnya.

Namun dia kembali menggeleng menepis. "Nggak, nggak! Ini bukan mimpi, jelas-jelas tadi lo nggak tidur Thee! Fikss lo udah gilaa!"

Thea melangkah ke kemarnya, dengan terkekeh pelan. "Fikss lo beneran udah gila, Theee," yakinnya kembali bermonolog.

Dukk ....

"Aduuh!" keluhnya ketika menabrak pintu kamar yang ternyata tertutup itu.

"Waah kayaknya gue nggak gila, alhamdulillah gue nggak gila, masih sakit kok. Berarti fikss, El yang gila!" Thea mengangguk-angguk, dengan yakin.

"Iya, El yang gila!" tegasnya lagi yang diakhiri dengan tawa, kemudian memilih masuk ke dalam kamar.

***

Hari ini, besok yang dijanjikannya telah tiba. Alarm yang berbunyi dengan nyaring, lantas membuat Thea terbangun dengan rambut acak-acakan, dan sedikit warna kecoklatan di bawah mata. Terlalu banyak berpikir, dan berguling membuatnya tidur terlalu larut.

Diraihnya jam alarm dengan asal, dan melihat angka yang tertera di sana.

05:25.

Gila, Thea rasa dirinya hanya tidur tidak sampai lima jam saja. Dia menghela napas, meraih handuk dan pergi mandi sekaligus menyegarkan diri lebih dulu. Setelah menjalani rutinitas paginya, Thea melangkah ke ruang dapur.

Melihat sang Mama yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan. Lantas wanita paruh baya itu menoleh padanya, melempar senyum hingga kedua sudut matanya menyipit.

Mau tidak mau, Thea balas tersenyum dan melangkah ringan, menyeret kursi dan duduk. "Mah!"

Sinta menoleh, menatap sang anak yang sedang celingak-celinguk dengan sebelah alis terangkat.

"El mana?" tanyanya dengan sedikit menutupi mulut, berbisik.

Sinta menggeleng pelan, kemudian ikut menarik kursi dan duduk di hadapan Thea. "El nggak bilang ya sama kamu?"

Thea menggaruk pipi—yang pastinya tidak gatal—dengan pelan. "Bilang?"

"El pulang subuh tadi, waktu udah sholat subuh aja dia pamit dulu sama Mama, katanya mau pulang," Jawab Sinta menyendok lauk ke piringnya.

Cherished: The last Mission of GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang