01. Pertemuan

172 17 3
                                    

"Jika memang ditakdirkan saling bertemu, semesta pun hanya ditakdirkan untuk bungkam."

Seorang gadis kecil dengan rambut yang diikat ponytail dan sebuah helm mugil di kepalanya, tengah belajar menaiki sepeda tanpa didampingi oleh sang orang tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis kecil dengan rambut yang diikat ponytail dan sebuah helm mugil di kepalanya, tengah belajar menaiki sepeda tanpa didampingi oleh sang orang tua. Dia berusaha menaiki sepedanya kemudian mencoba mengakayuh pedal sepeda itu sambil berusaha menyeimbangkan diri, senyum manisnya terbit dikala sepedanya mulai bergerak dengan pelan, yaa ... walaupun masih sedikit teroleng-oleng.

Sehingga sebuah persimpangan berada di depan, gadis yang baru belajar bersepeda itu merasa sedikit takut tapi dia menguatkan dirinya bahwa dia bisa. Masih dikayuhnya pedal sepeda itu, namun yang terjadi selanjutnya adalah kegagalan sebuah optimisme.

Alhasil dia pun terjatuh dari sepeda. Gadis kecil itu meringis disaat melihat lutut kirinya terluka, ia berusaha menahan tangisnya namun begitu sulit.
Hingga seorang anak laki-laki, yang seumuran dengannya menghampiri.

"Kamu, nggak apa-apa?" tanya anak itu, dengan raut khawatir. Si gadis kecil mendongak melihat orang yang bertanya, kemudian menunduk kembali.

Saat didengarnya ringisan dan suara isak tangis yang ditahan dari gadis itu, si anak laki-laki pun ingin menawarkan bantuan. "Heii tenang ... jangan nangis. Aku antar kamu pulang," ujarnya pada si gadis kecil.

Si gadis kecil kembali mengangkat kepalanya, dengan pipi yang terdapat bekas air mata dan isak kecil yang terdengar. "B-beneran?" tanya gadis itu dan dibalas anggukan kecil dari anak itu.

Si anak laki-laki itu pun, mengambil alih sepeda gadis itu dan berujar, "Ayo naik ... aku antar kamu pulang! Rumahmu di mana?"

"D-di ujung kopleks ini. Rumah warna merah m-muda ...." jawabnya terbata dikarenakan sisa isakannya.

"Baiklah, pegangan!" serunya setelah si gadis kecil itu naik pada boncengan sepeda tersebut. Kemudian dikayuhnya sepeda itu dengan lihai.

Tidak lama kemudian. "Ini 'kan?" tanyanya setelah sampai di depan rumah seperti ciri-ciri yang dikatakan gadis itu tadi, dan dibalas dengan anggukan.

"Baiklah," ujarnya setelah turun dari sepeda.

"Ohh iyaa perkenalkan, namaku Prasetya. Kamu bisa manggilku Setya. Kalau namamu?"

"P-putry."

"Haii Putry, senang berkenalan denganmu, semoga kita bisa berteman dan bertemu lagi yaa," ujar Setya ramah dan dibalas dengan anggukan dan senyum manis dari gadis itu.

"Rumahku ada di kompleks sebelah, kamu bisa berkunjung kapan pun. Sampai jumpa." Kemudian dia melangkah pergi meninggalkan gadis kecil itu yang menatapnya dengan binar yang polos.

***

"Maa Thea berangkat ke sekolah dulu yaa, Assalamualaikum," pamit gadis yang menyebut dirinya Thea.

Cherished: The last Mission of GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang