09. Antara kuda nil dan Kegemasan

56 9 1
                                    

“Dulu dan sekarang itu memang berbeda, tapi apa kamu tahu bagaimana efek kupu-kupu terjadi?”

“Dulu dan sekarang itu memang berbeda, tapi apa kamu tahu bagaimana efek kupu-kupu terjadi?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Putry tungguin!"

Putry mengayuh sepedanya dengan tatapan senang, mengabaikan Setya yang berteriak kesal memanggilnya karena ditunggalkan.

"Setyaa ... cepetan! Kejar aku!" balasnya sambil tertawa kecil.

Di belakang, Setya hanya tersenyum kecil. "Tunggu aja, begitu aku sampai, belikan aku ice cream vanila yaa!"

Putry terkekeh. "Iyaa asal kamu melambungiku dulu!"

Mendengar itu, Setya lantas mengayuh sepedanya dengan sedikit lebih cepat. Tidak lama kemudian sampai di samping Putry.

Napasnya tersengal-sengal. "Ayok beli ice cream!"

Putry mengerutkan bibirnya kesal, dia turun dari sepeda dan melirik Setya kesal.

"Kenapa?"

Putry mengalihkan tatapannya, dia mendorong sepedanya menjauh.

"Hei! Kamu mau ke mana?!" panggil Setya sedikit kesal, lantas dia mengejar teman barunya itu.

"Kamu mau ngingkarin janji?! Kata bunda, janji itu harus ditepa—"

"Putry mau simpan sepeda dulu, baru minta uang sama mama," potongnya.

Setya tersenyum kecil. "Ayo! Karena aku baik, jadi biar aku yang traktir!" Putry menoleh dengan tatapan berbinarnya.

"Beneran?!" Setya mengangguk dengan senyum manisnya.

"Ayo!"

"Eh tunggu ... Putry mau simpan sepeda dulu, Setya ihh ...."

"Yaudah ayo!"

Putry mencebik pelan. "Ma ... Putry mau beli ice cream sama Setya di situ yaa Ma," izinnya sambil menunjuk minimarket yang terletak beberapa meter dari taman, pada seorang wanita dengan kisaran umur awal kepala tiga, yang tengah duduk di bangku taman dengan sang ayah.

Sang Mama menoleh, dia tersenyum tipis. "Iya biar Mama temenin mau?" tawarnya. Putry menggeleng polos.

"Putry sama Setya aja Maa."

Mamanya yang bernama Sinta itu menoleh pada anak lelaki seumuran anaknya, dan tersenyum. "Kalian bisa kan?"

"Bisa Maa ...."

"Bisa Tante ...."

Sinta menggeleng gemas. "Yaudah ini ua-—"

"Nggak usah Tan, aku punya kok tadi dikasih sama bunda ...."

Papa Putry yang sudah gemas dengan mereka pun angkat bicara. "Kalian biar Papa temenin juga traktir, Setya simpan aja uangnya."

"Tapi Om."

Cherished: The last Mission of GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang