28. Kecanggungan mereka

15 6 0
                                    

“Pada dasarnya, manusia: Semakin dilarang semakin dia ingin melakukannya. Jadi jangan salahkan aku untuk terus mencintaimu, walaupun itu terlarang.”


💌

Hal pertama yang Thea pikirkan ketika masuk ke rumah itu adalah, sepi. Yaa walaupun rumah itu lebih besar jika dibandingkan dengan rumahnya.

"Duduk aja dulu, ada yang perlu gue ambil," ucap El kemudian berlalu meninggalkan Thea di sofa ruang tamu. Beberapa menit setelah dia berlalu, seorang asisten rumah tangga datang dengan segelas jus jeruk.

"Diminum Non, tadi kata aden kalau Non mau lihat-lihat, nggak apa-apa kok," ucap wanita paruh baya itu ramah.

Thea balas tersenyum tipis, dan mengangguk pelan. "Makasih, Bi ...." Setelahnya dia berlalu  menatap sekeliling ruangan itu, tidak ada foto keluarga, hanya lukisan abstrak yang menghiasi dinding kosong.

Lalu atensinya beralih pada meja dengan banyak piala, piagam, sertifikat, dan medali. Senyum tipis terbit di bibirnya, benda-benda tersebut menarik perhatian Thea. Lantas gadis itu melangkah untuk melihat lebih dekat.

1st Olimpiade Kimia 2018
1st Taekwondo Nasional 2015

Masih banyak yang lain, Thea tidak tahu penghargaan apa lagi. Kemudian matanya tertuju pada sosok El kecil pada sebuah bingkai dengan ukuran 8R, dengan baju toga dan piala di tangannya. Thea terkekeh kecil, dia berpikir ternyata El mamang Setya-nya. Baru saja ingin menyentuh foto itu, suara seseorang menginterupsinya.

"Siapa kamu?"

Thea sontak menoleh pada asal suara, dia sepertinya ayah El, pikir Thea saat itu. Lantas saja dia memberi salam pada pria itu, dan tersenyum tipis. "Saya, Althea Stevany Putry—"

"Anaknya Derrio Stevano?" Galuh memastikan, pria paruh baya itu meletakkan tas kantornya pada meja tamu dan duduk melonggarkan dasi.

Thea yang melihatnya memberikan kode untuk duduk, ikut duduk di seberangnya. "Anda kenal papa saya?"

"Saya, Galuh Wirawan panggil aja Om Galuh, atau cukup Om aja. Dan tentu saja saya kenal, waktu kamu kecilkan kita tinggal seberangan kompleks, papa kamu juga sering anterin Setya pulangkan? Kamu nggak ingat?" tanya Galuh dan menerima secangkir kopi panas, yang baru saja dibawa oleh ART-nya.

Thea hanya terkekeh dengan kikuk. "Sebenarnya Thea, agak susah ngingat kenangan waktu masih kecil," jawabnya dengan tidak enak.

Galus yang baru menyeruput kopi panasnya tersenyum tipis. "Itu artinya kamu lupa ...."

Thea hanya tersenyum tipis. "Kamu masih tinggal di kompleks sebelah?" tanya Galuh kembali.

Cewek itu hanya menggeleng pelan. "Nggak Om, waktu umur delapan tahun Thea pindah. Sekarang tinggalnya di perumahan Kencana."

Galuh mengangguk paham, dia meletakkan cangkir kopinya dan menatap Thea. "Kamu kesini nyari Setya, atau datang bareng dia?"

Entahlah Thea hanya merasa dirinya tiba-tiba tengah berada dalam wawancara dadakan, dengan ayahnya El. Lantas dia menjawab sekenanya, "Thea datang sama El kok tadi, Om. Katanya ada yang mau dia ambil, Thea juga nggak tau apa."

Sekali lagi Galuh mengangguk paham. "Kamu ..., ada hubungan apa sama Setya?"

Cewek itu tersentak, sudah ia duga pada akhirnya pertanyaan itu pasti akan keluar juga. Baru hendak menjawab, El datang memotong pembicaraan mereka.

"Pacar El."

Kedua orang itu dibuat menoleh, pada arah tangga El melangkah mendekati mereka dengan sebuah ransel yang Thea duga, sebagian besar berisi buku-buku pelajaran cowok itu. Galuh hanya mengangkat sedikit sebelah alisnya, diam-diam tersenyum tipis.

Cherished: The last Mission of GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang